Tuesday, July 17, 2007

PRESS RELEASE HARGA KEEKONOMIAN LPG 18 JULI 2007

Beberapa hari terakhir ini Pertamina mulai mewacanakan akan menaikkan harga LPG tabung isi 12 kg dari Rp 4.750/kg menjadi Rp 7.000/kg. Hal ini tentu sangat memberatkan masyarakat. Bentuk keberatan masyarakat ini tercermin dari protes yang dilakukan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) atas Pertamina dengan mengatakan bahwa kenaikan yang dilakukan Pertamina tersebut mengada-ada. Menurut Pertamina sendiri bisnis LPG saat ini masih menanggung rugi dan harus dinaikkan agar memperoleh keuntungan. Tapi pertanyaannya sekarang adalah berapa Biaya Pokok Produksi LPG Pertamina dan berapa Harga Jual Wajar untuk masyarakat dimana dalam harga jual tersebut sudah termasuk komponen margin keuntungan, biaya distribusi, margin pemasaran, dan lainnya. Yang diperlukan sekarang adalah transparansi oleh Pertamina dalam menjelaskan Biaya Pokok Produksi LPG dan harga jualnya kepada publik.

Untuk mengetahui gambaran berapa Harga Jual LPG yang wajar, BBMWATCH mencoba membandingkannya dengan harga LPG di berbagai negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk didalamnya harga jual Keekonomian LPG yang mengacu pada data Saudi Aramco Contract Price yang merupakan patokan Harga LPG untuk Pasar Asia Pasifik.


PERKEMBANGAN HARGA LPG BERDASARKAN SAUDI ARAMCO CONTRACT PRICE (Periode Data Januari 2006 – Juli 2007. Menggunakan Formula : SACP + PPN 10%, Komposisi Propana 60%, Butana 40%. Asumsi kurs Rp 9.000/US$. Unsur Margin dan Biaya lainnya diabaikan mengingat belum ada keterangan resmi dari Pemerintah, Pertamina, ataupun Badan Usaha lainnya yang terlibat dalam bisnis LPG mengenai besarannya yang berlaku di pasar Indonesia).

+ Jan 2006 : Rp 5.700/kg
+ Feb 2006 : Rp 6.100/kg
+ Maret 2006 : Rp 5.200/kg
+ April 2006 : Rp 4.200/kg
+ Mei 2006 : Rp 4.650/kg
+ Juni 2006 : Rp 4.650/kg
+ Juli 2006 : Rp 4.950/kg
+ Agust 2006 : Rp 5.400/kg
+ Sept 2006 : Rp 5.550/kg
+ Okt 2006 : Rp 4.750/kg
+ Nov 2006 : Rp 4.500/kg
+ Des 2006 : Rp 4.800/kg
+ Jan 2007 : Rp 5.400/kg
+ Feb 2007 : Rp 5.200/kg
+ Mar 2007 : Rp 5.000/kg
+ April 2007 : Rp 5.300/kg
+ Mei 2007 : Rp 5.600/kg
+ Juni 2007 : Rp 5.900/kg
+ Juli 2007 : Rp 5.750/kg


HARGA RETAIL LPG DI FILIPINA
(Periode Data Jan 2006 – Jul 2007. Asumsi kurs Rp 197/Peso)

+ Jan 2006 : Rp 8.488 – 9.384/kg
+ Feb 2006 : Rp 8.882 – 9.670/kg
+ Maret 2006 : Rp 8.358 – 9.312/kg
+ April 2006 : Rp 7.289 – 8.506/kg
+ Mei 2006 : Rp 7.611 – 8.685/kg
+ Juni 2006 : Rp 7.933 – 8.775/kg
+ Juli 2006 : Rp 8.130 – 8.954/kg
+ Agust 2006 : Rp 8.506 – 9.330/kg
+ Sept 2006 : Rp 8.614 – 9.760/kg
+ Okt 2006 : Rp 8.077 – 9.223/kg
+ Nov 2006 : Rp 7.933 – 9.097/kg
+ Des 2006 : Rp 7.933 – 9.097/kg
+ Jan 2007 : Rp 8.381 – 9.545/kg
+ Feb 2007 : Rp 8.256 – 9.312/kg
+ Mar 2007 : Rp 7.933 – 8.865/kg
+ April 2007 : Rp 8.166 – 9.312/kg
+ Mei 2007 : Rp 8.238 – 9.670/kg
+ Juni 2007 : Rp 8.578 – 9.760/kg
+ Juli 2007 : Rp 8.506 – 9.348/kg


HARGA RETAIL LPG DI THAILAND
Untuk harga retail LPG di Thailand memasuki Januari hingga Juli 2007 ini dipatok sebesar Baht 16.81/kg atau Rp 4.950/kg.


HARGA RETAIL LPG DI MALAYSIA
Di Malaysia harga LPG masih disubsidi sehingga harga retailnya dibawah harga keekonomian. Harga Retail LPG memasuki Januari 2007 hingga Juni 2007 sebesar Ringgit 1.75/kg atau Rp 4.550/kg. Sedangkan Harga Non Subsidi atau Harga Keekonomiannya mencapai Ringgit 3.21/kg atau Rp 8.346/kg.


HARGA RETAIL LPG DI AUSTRALIA
(Periode Data Jan 2006 – Apr 2007. Asumsi kurs Rp 7.800/AUD. Satuan Rp/liter)

+ Jan 2006 : 4.500
+ Feb 2006 : 4.860
+ Maret 2006 : 4.690
+ April 2006 : 4.150
+ Mei 2006 : 3.990
+ Juni 2006 : 4.030
+ Juli 2006 : 4.280
+ Agust 2006 : 4.420
+ Sept 2006 : 4.410
+ Okt 2006 : 4.260
+ Nov 2006 : 4.130
+ Des 2006 : 4.050
+ Jan 2007 : 4.375
+ Feb 2007 : 4.330
+ Mar 2007 : 4.210
+ April 2007 : 4.250


HARGA RETAIL LPG DI INGGRIS
(Periode Data Jan 2007 – Mei 2007. Asumsi kurs Rp 18.400/Poundsterling. Satuan Rp/liter).

+ Jan 2007 : 8.500
+ Feb 2007 : 8.685
+ Mar 2007 : 8.409
+ Apr 2007 : 8.464
+ Mei 2007 : 8.500

Catatan Untuk Pengurangan Subsidi Harga BBM

Makalah Prof. Widjajono Partowidagdo yang berjudul : “Catatan Untuk Pengurangan Subsidi Harga BBM” ini dipresentasikan pada Seminar Kebijakan Pengurangan Subsidi BBM di Hotel Jayakarta Bandung tanggal 22 Oktober 2005. Seminar ini merupakan kerjasama antara Tim Sosialisasi Pengurangan Subsidi BBM DESDM RI, BBMWATCH Research Indonesia, dan KSEP ITB.


Catatan Untuk Pengurangan Subsidi Harga BBM
Oleh : Widjajono Partowidagdo

Ada pendapat yang beredar di masyarakat yang menyatakan bahwa pemerintah seyogyanya tidak menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) karena sudah untung sebab biaya produksi minyak mentah adalah US$ 6/barel sehingga biaya (Rupiah) per liternya adalah :

US$ 6 /barel x (1 barel/159 liter) x Rp 10.000,- = Rp 377,/liter dan biaya kilang, transportasi dan distribusi BBM adalah US$ 6 / barel atau : US$ 4 / barel x (1 barel/159 liter) x Rp 10.000,- = Rp 377,- / liter sehingga biaya produksi BBM adalah Rp 754,- / liter.

Mohon disadari bahwa dari sekitar 1 juta barel produksi minyak Indonesia hanya 15 persen yang diproduksikan oleh BUMN, BUMD dan perusahaan swasta nasional, selebihnya (85 persen) diproduksikan oleh perusahaan asing. Apakah mungkin kita meminta perusahaan asing untuk menjual minyak mentahnya ke Pertamina dengan harga US$ 6 / barel kalau mereka mendapatkan kesempatan untuk menjualnya diatas US$ 60 / barel di pasaran internasional. Jangankan perusahaan asing, untuk meminta BUMN, BUMD dan perusahaan swasta nasionalpun tidak mungkin. Jadi mengambil patokan harga minyak mentah US$ 6 / barel adalah tidak realistis.

Apabila dipakai harga minyak adalah US$ 60/barel. Maka biaya beli minyak mentah adalah : US$ 60 / barel x (1 barel/159 liter ) x (Rp10.000,- /US$) = Rp 3774,- / liter. Apabila biaya kilang US$ 10 / barel, transportasi dan biaya distribusinya US$ 5 / barel atau totalnya Rp 943 / liter, maka harga BBM nya adalah Rp 4.717,- / liter.

Memang dalam Kontrak Production Sharing terdapat keharusan bagi kontraktor untuk sesudah 60 bulan beroperasi menjual 25 persen dari share-nya sebelum pajak dengan harga 10 persen dari harga pasar. Share nya adalah 15 persen dan apabila pajaknya adalah 48 persen maka CS (Contractor Share) sebelum pajak adalah (0,15) / (1- 0,48) atau 28,8 persen. Sehingga yang dijual dengan harga murah hanyalah 25 persen dari 28,8 persen atau 7,2 persen. Pada Kontrak Production Sharing, Pendapatan Pemerintah di luar pajak atau GS (Government Share) adalah 71,2 persen dari ES: equity to be split (atau Revenue - Recoverable Cost) yang dihitung dari ES – CS atau ES – 0,288 ES = 0,712 ES. Sedangkan pajaknya sendiri atau T (Tax) adalah 0,138 ES. Penjumlahan ES dan T adalah pendapatan pemerintah atau GT (Government Tax) = 0,85 ES. Pendapatan pemerintah daerah adalah 0,15 x GS = 0,15 x 0,712 ES = 0,107 ES atau 10,7 persen ES.

Ada juga pendapat yang beredar yang menyatakan bahwa kita adalah produsen minyak jadi seharusnya kalau harga minyak naik maka kita untung bukannya rugi. Hal tersebut betul kalau kita tidak mensubsidi harga BBM. Masalahnya, kalau harga minyak naik maka pemerintah akan menerima 85 persen dari pendapatan akibat kenaikan tersebut apabila biaya produksi minyak tetap. Dari 85 persen tersebut 10,7 persen diambil oleh pemerintah daerah dan pemerintah daerah tidak menanggung subsidi harga BBM. Akibatnya, pemerintah pusat menerima 74,3 persen dari pendapatan akibat kenaikan harga minyak, sedangkan pemerintah menanggung 100 persen subsidi akibat kenaikan harga minyak. Andaikata Indonesia ekspor minyaknya tepat sama dengan impornya maka kenaikkan harga minyak akan menyebabkan defisit 25,7 persen dari kas pemerintah. Kenaikan sebesar $ 20 / barel dengan produksi dan impor yang sama sebesar 1 juta barel / hari akan mengakibatkan defisit 25,7 % x 365 x 106 barel / tahun x $ 20 / barel = $ 1,88 x 109 / tahun atau sekitar 19 trilyun rupiah per tahun. Masalah lainnya adalah bahwa Indonesia sekarang sudah net importer dalam hal minyak mentah dan BBM sekitar 200 ribu barel per hari sehingga kenaikan harga minyak akan mengakibatkan tambahan defisit pemerintah sebesar 70 x 106 barel / tahun x $ 20 / barel Rp103 / $ atau 14 trilyun rupiah per tahun. Sehingga defisitnya adalah 33 trilyun rupiah per tahun atau 2,75 trilyun rupiah per bulan, sehingga sulit bagi pemerintah untuk menunda pengurangan subsidi harga BBM. Perlu disadari apabila produksi minyak kita tidak turunpun, tetapi diversifikasi energi kurang berhasil karena rendahnya harga BBM dan kebutuhan BBM yang makin meningkat mengakibatkan Indonesia akan makin menjadi net importer minyak.

Harga BBM yang disubsidi menyebabkan energi diluar minyak sulit berkembang padahal cadangan minyak kita hanyalah 0,6 persen cadangan minyak dunia, sedangkan cadangan gas kita 1,4 persen dan cadangan batubara kita 3,1 persen cadangan dunia. Cadangan terbukti gas kita lebih dari dua kali cadangan terbukti minyak. Rendahnya harga BBM mengakibatkan penggunaan gas untuk domestik, briket batubara, panasbumi dan energi dari biomas (tumbuhan, misal jarak dan kelapa sawit) terhambat. Potensi panasbumi Indonesia adalah terbesar di dunia dan potensi energi dari biomas kita salah satu yang terbesar di dunia. Harga BBM yang rendah membahayakan keberlanjutan pemasokan energi di Indonesia. Harga BBM yang murah akan mengakibatkan orang boros memakai energi, misalnya orang kelas menengah lebih suka memakai mobil pribadi daripada naik transportasi umum.

Harga BBM yang murah akan mengakibatkan penyelundupan ke luar negeri. Harga BBM yang berbeda untuk masyarakat dan industri juga akan mengakibatkan sebagian industri berusaha membeli BBM tertentu jatah masyarakat serta mengakibatkan praktek oplosan. Disamping itu, harga BBM yang rendah akan mengakibatkan program privatisasi di sektor hilir migas akan terhambat.

Walaupun demikian perlu disadari bahwa kenaikan harga BBM akan mengakibatkan kenaikan harga barang lainnya dan transportasi umum, sehingga akan membebani masyarakat apabila kesejahteraan rakyat tidak ditingkatkan. Kesejahteraan rakyat dapat terbantu dengan dialihkannya sebagian subsidi harga BBM menjadi subsidi langsung dalam bentuk uang, (pendidikan, kesehatan, kredit untuk usaha kecil dan sebagainya), tetapi jelas itu tidak cukup. Pemerintah harus lebih serius meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan memberantas KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dengan misalnya menetapkan pembuktian terbalik, mengoptimalkan penerimaan pajak, menegosiasikan pengurangan hutang (cukup besar anggaran APBN kita yang digunakan untuk pembayaran hutang dan bunganya), mengoptimalkan pengeluaran, mempraktekkan good governance supaya investasi meningkat serta mengoptimalkan penggunaan dana bank untuk sektor produksi (termasuk usaha kecil dan menengah).

Perlu penggunaan sebagian pengalihan dana subsidi harga BBM tersebut untuk mengembangkan energi alternatif misalnya untuk memberikan pinjaman berbunga rendah atau tanpa bunga bagi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) maupun penduduk yang mau mengembangkan energi perdesaan. Energi perdesaan tersebut dapat berupa pembangkit listrik tenaga air skala kecil atau menggunakan biomas. Walaupun demikian bantuan tersebut akan kurang efektif apabila sebagian harga BBM masih sangat rendah. Sebagai contoh penggunaan minyak jarak untuk energi tidak akan berkembang apabila harga BBM masih dibawah Rp 2.400,- per liter. Justru makin tinggi harga BBM dan makin tinggi harga produk pertanian maka makin besar keuntungan petani. Apabila desa dapat memasok energi sendiri serta pemerintah membantu meningkatlkan kualitas jalan dan meningkatkan kemampuan agro bisnis dan agro industri di perdesaan maka kesejahteraan penduduk desa meningkat dan jumlah orang miskin serta perpindahan penduduk ke kota berkurang. Pengalihan dana subsidi harga BBM tersebut seyogianya juga digunakan untuk membantu industri kecil dan menengah dengan modal serta pendampingan, pendidikan dan pelatihan sehingga menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pada suatu workshop energi di University of Wisconsin tahun 1982 seorang pakar menyatakan : “People don’t save energy. They save money”. Orang tidak menghemat energi. Mereka menghemat uang. Slogan : “Hemat energi, hemat biaya”, hanya berlaku apabila penghematan energi tersebut cukup berarti dalam penghematan pengeluarannya, akibatnya sulit menyuruh menghemat energi apabila harga energi murah. Di kebanyakan negara berkembang lain energi tidak disubsidi sehingga masyarakat menghemat energi. Bahkan di kebanyakan negara maju BBM dikenai pajak yang sangat besar dan hasil pajak tersebut digunakan untuk perbaikan jalan dan kwalitas transportasi umum. Akibatnya, masyarakat lebih suka menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi. Walaupun harga BBM naik dua kali lipat, tetapi seseorang berpindah dari naik kendaraan pribadi ke transportasi umum maka pengeluarannya justru bisa hemat lebih dari setengahnya. Perlu dicatat bahwa orang yang menghemat energi tak terbarukan akan mengurangi polusi dan mewariskan energi lebih banyak untuk generasi mendatang.

Harga minyak dunia tergantung kepada peningkatan permintaan energi di negara-negara berkembang, terutama di Cina. Bayangkan konsumsi minyak di Cina (sebagai negara berkembang) per kapita pada tahun 1997 adalah 1,2 SBM (setara barel minyak), sedangkan di Eropa (negara maju) adalah 10,1 SBM. Kebanyakan penduduk Cina yang tadinya naik sepeda sekarang sudah beralih ke sepeda motor dan mobil tentunya membutuhkan tambahan pasokan energi yang luar biasa. Disamping itu ketidakpastian politik menyebabkan pasokan minyak dunia terganggu. Perebutan pengaruh antara Amerika Serikat, Rusia dan Cina di Iran dan Turki, permasalahan privatisasi di Rusia, ketidakamanan di Afrika Barat, meningkatnya rasa nasionalisme di Venezuela, politik luar negeri Amerika Serikat yang agresif, bencana alam dan aksi teror mempunyai dampak terhadap pemasokan minyak serta dampak psikologis terhadap harga minyak. Harga minyak lebih dipengaruhi oleh politik daripada ketersediaan cadangan minyak, karena cadangan terbukti minyak dunia justru meningkat dari 723 milyar barel pada akhir 1983 menjadi 1.146 milyar barel pada akhir 2003.

Harga BBM di luar minyak di Indonesia tentunya di pengaruhi harga minyak dunia. Kalau harga minyak sekitar $60/barel maka seyogyanya pemerintah tidak menaikkan harga BBM lagi tahun depan, selain minyak tanah. Tetapi apabila harga minyak naik cukup tinggi (misal $ 80/barel) maka mau tidak mau pemerintah akan menaikkan harga minyak. Perlu disadari bahwa negara kita miskin (banyak hutangnya) dan tidak kaya minyak (cadangannya minyak kita hanya 0,6 persen cadangan minyak dunia). Kenaikan harga minyak tanah seyogyanya dilakukan sesudah dipersiapkan penggantinya yang lebih murah, misalnya briket batubara dan energi dari biomas (misal dari jarak dan kelapa sawit). Seyogyanya pemerintah memberikan subsidi berupa pemberian kompor briket gratis kepada penduduk miskin serta pinjaman berbunga rendah untuk membeli mesin pengolah jarak dan kelapa sawit bagi LSM dan koperasi yang mengembangkan energi tersebut.

Untuk keamanan pasokan energi di Indonesia pemerintah perlu memberikan insentif untuk pengembangan energi perdesaan, pengembangan panas bumi, pengembangan batubara bermutu rendah untuk dibangkitkan di mulut tambang. Disamping itu kesejahteraan masyarakat hanya bisa ditingkatkan bila KKN diminimalkan, penerimaan pajak dioptimalkan serta hutang dinegosiasikan. Masyarakat mampu seyogyanya membantu masyarakat kurang mampu dengan memberikan pekerjaan. Perlu disadari pengangguran yang meningkat menyebabkan hidup masyarakat mampu tidak tenang. Pemimpin seyogyanya memberi contoh dengan hidup sederhana dan membantu anak buahnya dan masyarakat disekitar tempat tinggalnya yang tidak mampu. Perlu kesadaran dan solidaritas pemimpin dan orang mampu bahwa tahun-tahun mendatang adalah tahun-tahun yang sulit bagi sebagian besar bangsa Indonesia.

Sunday, July 15, 2007

PRESS RELEASE BBMWATCH PRICE 16 JULI 2007

+ Harga Acuan Keekonomian Premium berdasarkan data FOB Singapore untuk akhir minggu pertama Juli 2007 mencapai Rp 6.350/liter. (Menggunakan Formula FOB + 15% + PPN 10% dengan asumsi kurs Rp 9.075/US$, kurs terendah saat memasuki bulan Juli 2007).

+ Harga Acuan Keekonomian Solar berdasarkan data FOB Singapore untuk akhir minggu pertama Juli 2007 mencapai Rp 6.150/liter. (Menggunakan Formula FOB + 15% + PPN 10% dengan asumsi kurs Rp 9.075/US$, kurs terendah saat memasuki bulan Juli 2007).

+ Harga Acuan Kekonomian Minyak Tanah berdasarkan data FOB Singapore untuk akhir minggu pertama Juli 2007 mencapai Rp 6.190/liter. (Menggunakan Formula FOB + 15% + PPN 10% dengan asumsi kurs Rp 9.075/US$, kurs terendah saat memasuki bulan Juli 2007).

+ Harga Acuan Keekonomian Minyak Bakar berdasarkan data FOB Singapore untuk akhir minggu pertama Juli 2007 mencapai Rp 4.250/liter. (Menggunakan Formula FOB + 15% + PPN 10% dengan asumsi kurs Rp 9.075/US$, kurs terendah saat memasuki bulan Juli 2007).

+ Harga Acuan LPG untuk Kawasan Pasar Asia Pasifik berdasarkan data Saudi Aramco Contract Price untuk bulan Juli 2007 mencapai Rp 5.800/kg. (Menggunakan Formula SACP + PPN 10%, Propana 60% dan Butana 40%, sedangkan asumsi kurs Rp 9.075/US$, kurs terendah saat memasuki bulan Juli 2007).

+ Rentang harga LPG yang berlaku di Filipina untuk Juli 2007 sebesar Rp 8.500 – 9.350/kg. (Asumsi kurs Rp 197/Peso).

+ Harga Acuan Ethanol yang berlaku di Thailand untuk Juli 2007 mencapai Rp 4.960/liter. (Asumsi kurs Rp 295/Baht).

+ Harga Acuan Biodiesel yang berlaku di Thailand untuk Juli 2007 mencapai Rp 8.650/liter. (Asumsi kurs Rp 295/Baht).

+ Harga LPG yang berlaku di Thailand untuk Juli 2007 mencapai Rp 4.950/kg. (Asumsi kurs Rp 295/Baht).

+ Untuk akhir minggu pertama Juli 2007 harga FOB minyak mentah WTI mencapai Rp 4.155/liter, Brent mencapai Rp 4.370/liter, OPEC Basket mencapai Rp 4.060/liter, Minas mencapai Rp 4.100/liter, BCI-13 mencapai Rp 4.040/liter. (Asumsi kurs Rp 9.075/US$, kurs terendah selama minggu pertama Juli 2007).

Sunday, July 8, 2007

MEKANISME HARGA DAN PASAR BBM AUSTRALIA

Sumber : Institut Perminyakan Australia


HARGA INTERNASIONAL

+ Minyak mentah, bensin, dan solar diperjualbelikan di pasarnya tersendiri.
+ Tiap pasar komoditi tersebut berbasis kawasan (regional based) dan diperbolehkan membuka link informasi serta transaksi antara masing-masing pasar regional.
+ Harga di pasar regional mencerminkan keseimbangan pasokan dan permintaan, karakteristik fisik dan kualitas tiap komoditi energi tersebut di masing-masing pasar.
+ Harga komoditi energi di pasar regional dapat berfluktuasi dan bisa bergerak berbeda arah pada masing-masing pasar. Hal ini disebabkan sejumlah faktor yang unik antara satu pasar dengan pasar yang lain seperti tekanan pasokan dan permintaan, badai, perang, ataupun kerusuhan massa. Inilah sebabnya mengapa memfokuskan perhatian pada pasar yang relevan dan tren harga jangka panjang merupakan hal yang lebih penting dibandingkan memperhatikan pergerakan harga harian ataupun mingguan.
+ Pasar regional Australia merupakan bagian dari pasar Asia Pasifik.
+ Minyak mentah Tapis merupakan patokan (benchmark) utama untuk kawasan Asia Pasifik dan Australia dan bukannya minyak West Texas Intermediate (patokan pasar AS) seperti yang sering diberitakan di media.
+ Harga patokan Singapore untuk unleaded petrol (MOPS 95) dan diesel (Gasoil) dipakai sebagai harga patokan bensin dan solar di Australia.
+ Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Australia, sekitar ¼ kebutuhan BBM dalam negeri diimpor dari Singapura. Singapura menjadi pilihan Australia karena menjadi salah satu pusat pengilangan dan distribusi terbesar di dunia.
+ Jika harga jual bensin dan solar di Australia lebih rendah dari harga Singapura maka pemasok/importir BBM Australia tidak akan mendapatkan insentif perdagangan/margin keuntungan saat mengimpor untuk pasar Australia (hal ini terjadi karena BBM dijual rugi atau dijual dengan harga dibawah harga beli). Namun di lain pihak kilang Australia akan mendapat keuntungan saat mengekspor hasil olahannya.
+ Margin kilang merupakan selisih antara harga produk dengan harga minyak mentah. Kedua harga ini dibentuk oleh kekuatan pasar, bukan oleh perusahaan minyak. Sebagai contoh : Margin kilang untuk bensin Singapura adalah selisih antara harga pasar untuk MOPS 95 dikurangi harga minyak Tapis.


HARGA WHOLESALE BBM AUSTRALIA

Harga wholesale BBM Australia untuk jenis bensin dan solar biasa disebut Terminal Gate Prices/TGP dikaitkan langsung dengan harga bensin dan solar Singapura dan tidak dikaitkan dengan minyak Tapis. Hubungan harga dua kawasan ini telah dilakukan sejak lama. Berdasarkan pernyataan publik, para pedagang BBM wholesale Australia telah menggunakan metode penetapan harga yang hampir sama seperti yang dipakai ACCC dimana harga BBM wholesale telah diatur oleh pemerintah Australia. Metode penetapan harga ini disebut Import Parity Pricing atau IPP dimana harga BBM ditetapkan berdasarkan biaya impor masuk ke Australia.

Harga bensin Singapura ditambah biaya pengiriman ditambah pajak pemerintah Australia merupakan formula harga BBM wholesale untuk jenis bensin. Formula harga BBM ini mencapai 95% dari total harga TGP. Pajak BBM di Australia termasuk cukai sebesar 38 sen per liter dan GST (pajak negara bagian sebesar 10%). Sedangkan sisa 5% dari harga TGP berisi asuransi, biaya premi kualitas untuk memenuhi standar bahan bakar Australia, biaya bongkar muat dan terminal lokal, dan margin pemasaran wholesale.


HARGA BBM RETAIL/HARGA SPBU

Saat BBM keluar dari gerbang terminal maka harga retail BBM begitu bervariasi antara satu kota ataupun kawasan dengan yang lainnya. Ini merupakan cerminan dari faktor daerah dan persaingan. Harga TGP mencapai 95% dari harga retail. Sebagai bagian dari TGP, harga BBM di SPBU Australia juga mencerminkan semua biaya saat pengambilan dari kilang/terminal menuju SPBU. Biaya ini meliputi biaya transportasi, pemasaran dan administrasi, serta biaya operasional SPBU seperti gaji/upah, sewa tempat, serta pemeliharaan. Kemampuan dalam menutup biaya itu sangat tergantung pada persaingan di tingkat lokal. Hanya sejumlah porsi kecil dari harga BBM di SPBU (sekitar 5%) yang diterima oleh distributor maupun retailer BBM untuk menutup biaya-biaya tersebut.

Harga BBM retail di daerah perkotaan mengikuti siklus diskon yang secara historis berkisar hingga 12 sen per liter. Para pembeli di kota-kota besar begitu akrab dengan siklus diskon ini yang terjadi secara mingguan. Harga terendah biasanya terjadi saat awal minggu. Saat harga rendah biasanya pemilik kendaraan membeli dalam jumlah besar dan para pemilik SPBU memonitor harga yang telah didiskon tersebut. Harga BBM di SPBU biasanya turun secara bertahap akibat para pemilik atau operator SPBU memberlakukan diskon untuk menarik pembeli yang lebih banyak. Namun demikian, diskon maksimum hanya berjalan singkat dan akhirnya harga kembali ke level normal.

Hasil analisa (termasuk yang dilakukan oleh ACCC) mengatakan bahwa harga BBM tidak akan naik dikarenakan libur panjang ataupun hari libur bersama. Konsumen sangat diuntungkan saat membeli BBM dengan diskon tertinggi dimana harga menyentuh level terendah. ACCC memberikan anjuran saat harga menyentuh level terendah pada suatu minggu dan juga memberikan estimasi bahwa 60% dari penjualan BBM masih dibawah harga rata-rata dari siklus. Berdasarkan ACCC, siklus diskon merupakan cerminan dari upaya persaingan. Perusahaan minyak besar hanya memberlakukan harga jual BBM secara tetap di sebagian kecil SPBUnya (5-10%), dan umumnya terdapat di kota besar.


HARGA BBM DI KOTA BESAR VS KOTA KECIL

Harga BBM umumnya stabil di daerah kota kecil atau pedesaan dikarenakan jarangnya diskon harga. Jarangnya diskon yang diberlakukan SPBU di kawasan kota kecil dan pedesaan bisa diartikan bahwa harga di kawasan tersebut relatif tinggi dibandingkan harga di kota-kota besar. Margin SPBU di kota kecil pun lebih tinggi dibandingkan SPBU di kota besar akibat lebih sedikitnya volume penjualan dimana hal ini dipakai untuk menutup biaya operasional SPBU. Rata-rata jumlah pelanggan di tiap SPBU Australia mencapai 2000 orang dan jumlah ini sedikit turun di SPBU kota kecil sedangkan untuk SPBU kota besar dan metropolitan jumlah pelanggannya bisa mencapai 4000 hingga 5000 orang. SPBU di kota kecil umumnya menjual BBM sebanyak 1 tangki selama 2 sampai 3 minggu, sedangkan SPBU di kota besar bisa menjual beberapa tangki dalam sehari. Biaya pengiriman untuk SPBU di kota kecil lebih mahal 1.5 hingga 3 sen per liter daripada untuk SPBU kota besar. Biaya distribusi pun menjadi hal yang signifikan untuk SPBU kota-kota kecil karena BBM harus disimpan dan dipindahkan dua kali dibandingkan dengan SPBU yang jaraknya dekat dengan terminal di daerah pesisir. Kekuatan persaingan dan biaya sangatlah bervariasi antara masing-masing kota kecil sehingga harga BBM di SPBU tidak hanya mencerminkan perbedaan biaya pengiriman dan pengelolaan. Harga BBM di SPBU kota-kota kecil umumnya ditentukan oleh pemilik atau operator swasta.


HARGA DAN PERSAINGAN

Berdasarkan standar internasional, Australia memiliki harga bensin dan solar yang termurah, dimana harga BBM saat ini hampir sama seperti harga BBM pada tahun 1980an (dengan nilai dolar sekarang). Hal ini disebabkan oleh pasar minyak Australia yang begitu kompetitif. Kondisi ini merupakan penilaian dari sejumlah pemerintahan negara serta analis dan komentator, termasuk didalamnya ACCC dan International Energy Agency. Seluruh rantai pasokan untuk minyak mentah dan BBM di Australia terkait secara integral dan dikelola oleh sejumlah pihak yang terpilih dan secara konsisten menciptakan pasar yang penuh kompetisi.


KEUNTUNGAN PERUSAHAAN MINYAK BESAR

Keuntungan yang didapat oleh perusahaan minyak begitu berfluktuasi akibat sifat alamiah pasar dan umumnya tidak meraih keuntungan yang besar pada harga retail. Contohnya : saat keuntungan meningkat dalam beberapa tahun terakhir, rata-rata keuntungan yang didapat perusahaan minyak selama 10 tahun terakhir (didalamnya termasuk keuntungan dari kilang, operasi wholesale dan retail) hanya mencapai 1 sen per liter. Perkembangan terbaru dalam kinerja keuangan dari sektor ini telah memberikan aliran kas untuk membantu upaya investasi industri ini sebesar lebih dari US$ 2 miliar dalam program bahan bakar bersih dan peningkatan kemampuan kilang untuk menjamin pasokan bahan bakar. Investasi ini menghasilkan keuntungan lingkungan yang signifikan terutama pengembangan kualitas udara di daerah kota besar. Sejak 1997 perusahaan minyak besar telah menginvestasikan dana sebesar US$ 5 miliar dalam industri perminyakan hilir Australia. Aset industri minyak di Australia mencapai lebih dari US$ 15 miliar.

WAWANCARA EKSKLUSIF DENGAN PROF. WIDJAJONO

TENTANG KEBIJAKAN ENERGI DI INDONESIA

Petikan Wawancara dengan Kontributor Khusus BBMwatch Media
Prof. Dr. Widjajono Partowidagdo

Disela-sela kesibukannya, pria yang lahir di Magelang 16 September 1951 ini masih menyempatkan hobinya mendaki gunung. Ketika ditemui BBMwatch beberapa waktu lalu di Bandung, beliau dengan semangat bercerita mengenai ”ekspedisi”nya baru-baru ini di salah satu Pegunungan di Himalaya, Nepal.

Pun, ketika beliau diajak berbicara mengenai tingginya harga minyak dunia, beban subsidi BBM yang masih memberatkan, serta berbagai kebijakan terkait pengelolaan energi di Indonesia. BBMwatch melakukan wawancara khusus dengan Prof Widjajono Partowidagdo, berikut petikannya. (Wawancara ini juga ditampilkan dalam BBMwatch Journal)


RESUME WAWANCARA

(1) Tanya : Dalam konteks ekonomi energi apa yang sebenarnya dan sebaiknya menjadi dasar dalam penetapan harga BBM, khususnya bagi sektor rumah tangga?
Jawab : Untuk menjamin pemasokannya harganya harus menutupi biaya yang sudah dikeluarkan ditambah keuntungan yang wajar. Karena biaya BBM terdiri dari biaya minyak mentah ditambah biaya kilang, transportasi dan distribusi maka biayanya dihitung dari komponen-komponen tersebut.

(2) Tanya : Jika kemudian konteks ini kita bawa dalam perspektif kemampuan daya beli masyarakat, bagaimana menjelaskan harga BBM yang wajar?
Jawab : Apabila karena kemampuan daya beli masyarakat dibawah harga ekonomi diatas, maka pemerintah seyogyanya mensubsidi selebihnya. Walaupun demikian seyogyanya subsidi tersebut tidak salah sasaran dan diusahakan menggantikan BBM dengan energi lain yang lebih murah, sehingga subsidinya menjadi lebih rendah. Misalnya untuk memasak menggantikannya dengan LPG, gas kota, briket batubara dan biofuel . Untuk transportasi terutama transportasi umum dengan CNG dan biofuel. Untuk listrik dengan batubara, panas bumi, microhydro, biomass, biogas.

(3) Tanya : Bagaimana sebenarnya menjelaskan kepada publik bahwa harga BBM di Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga minyak di pasaran dunia?
Jawab : Indonesia bukan termasuk penghasil minyak yang besar, bahkan impor minyak dan BBM lebih besar dari ekspornya. Perlu dicatat bahwa cadangan minyak Indonesia hanya 0,5 % cadangan minyak dunia, cadangan gas 1,4 % cadangan gas dunia, cadangan batubara 3,1 % cadangan batubara dunia sedangkan potensi panas bumi Indonesia diperkirakan 40 % potensi panas bumi dunia. Apalagi Indonesia adalah negara miskin karena utangya besar. Untuk negara-negara yang produksinya berlipat-lipat dibandingkan pemakaiannya seperti Arab Saudi, Irak, Iran, Venezuela tidak apa-apa menjual BBM untuk kebutuhan domestik dengan harga murah. Apabila Indonesia melakukan hal yang sama maka Indonesia akan bangkrut . Impor minyak dan BBM diperkirakan akan meningkat dimasa depan, maka mau tidak mau Indonesia harus menjual BBM pada harga keekonomiannya yang merupakan fungsi dari harga minyak mentah ditambah biaya kilang, transportasi dan distribusi serta keuntungan yang wajar.


(4) Tanya : Subsidi terhadap harga BBM masih sangat besar (dalam perhitungan BBMwatch untuk tahun ini diatas 50 Triliun), bagaimana anda memandang ini?
Jawab : Indonesia harus berusaha sesegera mungkin menjadikan program diversifikasi kenyataan, misal dengan meningkatkan penggunaan batubara , panas bumi dan microhydro dan biomass ( limbah dan sampah ) untuk listrik , penggunaan CNG dan biofuel untuk transportasi, LPG, briket batubara , gas kota dan biodiesel untuk memasak . Dengan diversifikasi tersebut subsidinya akan berkurang, apalagi apabila penduduk pedesaan dapat memenuhi sendiri kebutuhan energinya ( misalnya dengan memberikan pinjaman berbunga rendah pada LSM yang mau mengembangkan energi setempat, seperti di Amerika Serikat ) . Diperlukan peningkatan kualitas transportasi publik di kota-kota besar ( busway, monorail ) karena hal ini akan mengurangi pemakaian energi, polusi dan kemacetan.

(5) Tanya : Upaya menaikkan harga BBM masih dianggap sebagai suatu langkah yang tidak populer dan sangat politis. Jika demikian langkah lain apa lagi yang bisa ditempuh?
Jawab : Perlu dibuat kebijakan-kebijakan supaya program-program di atas menjadi kenyataan, yang justru akan berhasil apabila harga BBM dinaikan mendekati harga pasar, tetapi pada saat yang sama energi yang lebih murah tersedia. Seyogyanya subsidi tidak diberikan dalam bentuk subsidi harga, tetapi diberikan langsung ( pendidikan, kesehatan, perumahan, pelatihan, modal usaha ) . Disamping itu Indonesia perlu meminimalkan korupsi, menertibkan pajak dan meningkatkan kemampuan ekonominya supaya subsidi langsung lebih besar dan daya beli masyarakat meningkat. Insentif untuk energi-energi baru tersebut dapat diberikan misalnya dengan menjual kompor dan tabung 3 kg untuk LPG dengan harga lebih murah, memberikan pinjaman berbunga rendah untuk listrik pedesaan , menetapkan harga keekonomian listrik panas bumi ( yang jauh lebih murah dari harga listrik BBM ) dan mensubsidi selisih harga panas bumi tersebut dengan harga jual listrik PLN. Untuk 1 KWH listrik dibutuhkan 0,28 liter BBM, bila harga BBM Rp. 5000 /liter maka biayanya RP. 1.400,-. Biaya panas bumi adalah $ 0,05 / KWH, bila 1 $ adalah Rp. 9100,- maka biayanya Rp. 445,-. Apabila kita dapat mencapai target tahun 2100 dengan meningkatkan penggunaan panas bumi 1000 MW maka kita dapat menghemat 1000 MW= 1786 x 109 GWH / tahun = 11.786 x 10 / KWH / tahun x ( RP. 1400- RP. 455) = Rp. 11,15 triliyun / tahun.


(6) Tanya : Langkah konversi minyak tanah dengan LPG diyakini sebagai salah satu upaya menekan subsidi BBM-minyak tanah, melalui pembagian kompor dan tabung 3 kg secara gratis. Tanggapan anda?
Jawab : Seyogyanya tidak gratis, tetapi harga murah. Seyogyanya untuk memasak digunakan tidak hanya LPG, tetapi juga briket batubara serta gas pipa untuk kota-kota besar dan biodiesel untuk perdesaan. Perlu disadari bahwa tidak semua gas bisa dijadikan LPG ( hnya C3 dan C4 ). Kalau kita hanya menggantungkan pada LPG maka kemungkinan kita harus mengimpornya. Perlu direalisasikan penggunaan gas dalam pipa untuk dikota-kota besar.

(7) Tanya : Pemanfaatan energi alternatif kelihatan masih sebatas wacana, apa saja kendalanya, bukankah harga BBM sudah relatif ekonomis?
Jawab : Perlu kebijakan-kebijakan pada no. 5 , disamping itu perlu informasi pada masyarakat , dan pemberdayaan masyarakat. Disamping itu hal-hal yang menghambat investasi di Indonesia perlu dibenahi seperti lamanya perijinan, ketidakpastian hukum, KKN, tumpang tindih lahan, pembebasan tanah, desentralisasi yang kebablasan dan lain-lain.

(8) Tanya : Pemanfaatan biofuel (biosolar dan biopremium) juga kelihatan masih sebatas wacana, apa saja kendalanya?
Jawab : Harga minyak kelapa sawit yang tinggi, ketidakpastian harga beli buah jarak, kurangnya informasi mengenai pengolahan jarak dan kompor jarak serta belum disubsidinya kompor jarak. Saat ini pemerintah lebih sibuk dalam pengolahan jarak dalam skala besar dan sepertinya lupa mengembangkan pemakaian jarak di perdesaan supaya penduduknya mandiri dalam memenuhi kebutuhan energi.

(9) Tanya : Salah satu jenis BBM yang hingga kini masih dituding subsidinya sangat besar adalah bensin dan solar sektor transportasi yang dijual melalui SPBU. Upaya apa yang bisa ditempuh agar subsidi bisa ditekan dan lebih tepat sasaran?
Jawab : Hilangkan subsidi bensin dan solar, perbaiki transportasi umum di kota-kota besar ( bis AC, busway dan monorail ) serta gunakan CNG untuk transportasi umum dan mobil-mobil pemerintah serta perbanyak SPBG dan subsidi tabung CNG sehingga harganya murah. Alihkan subsidi harga ke subsidi langsung.

(10) Tanya : Dalam konteks pembangunan ekonomi kerakyatan, bagaimana semestinya negara mengelola energi?
Jawab : Jual BBM dengan harga pasar, subsidi transportasi umum, subsidi energi perdesaan dan penggunaan energi terbarukan serta yang lebih utama subsidi langsung kepada yang membutuhkan ( pendidikan, kesehatan, perumahan, pelatihan dan modal usaha ). Hal ini akan meningkatkan kemandirian, seperti yang dilakukan Cina, India, Bangladesh dan lain-lain.

(11) Tanya : Sektor migas dan energi hingga kini masih memegang kontribusi utama dalam pembangunan nasional. Bagaimana upaya-upaya yang bisa ditempuh agar terjadi peningkatan kemampuan Nasional dari sektor ini?
Jawab : Perlu keberpihakan pemerintah dalam peningkatan kemampuan Nasional. Kontrak migas yang sudah habis seyogyanya dialihkan kepada perusahaan Nasional (BUMN, BUMD, Swasta) atau paling tidak 60 % sahamnya dimiliki pengusaha nasional. Seyogyanya Indonesia tidak mengekspor minyak mentah ( migas paling menguntungkan jika dijadikan bahan petrokimia ), paling tidak untuk bagian pemerintahnya.


Tentang Prof. Widjajono Partowidagdo

Riwayat Pendidikan : (S1, S2, S3)
Sarjana Teknik Perminyakan ITB, 1975;
MSc. (Petroleum Engineering), USC (U. of Southern California), Los Angeles, USA, 1980;
MSc. (Operations Research), USC, 1982;
M.A. (Economics), USC, 1986;
Ph.D. (Engineering), USC, 1987, dengan disertasi : An Oil and Gas Supply and Economics Model for Indonesia.

Riwayat Pekerjaan :
· Guru Besar dalam ilmu Ekonomi dan Pengelolaan Lapangan Migas pada Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung (ITB), sejak 2004;
· Ketua Kelompok Keahlian Pemboran, Produksi dan Manajemen Migas, FIKTM, ITB, sejak 2005;
· Pengajar pada Jurusan Teknik Perminyakan ITB (Institut Teknologi Bandung), sejak tahun 1976;
· Pengajar pada Program Pascasarjana Studi Pembangunan ITB (Institut Teknologi Bandung), sejak tahun 1993;
· Pengajar pada Program Pascasarjana Sumber Daya Mineral, ITB sejak tahun 1989;
· Koordinator Penelitian Model Pembangunan yang Berkelanjutan pada Pusat Antar Universitas (PAU) - Ekonomi - Universitas Indonesia (UI) 1989 - 1992;
· Pembantu Dekan Urusan Akademis, Fakultas Teknologi Mineral (FTM), ITB, 1994-1997;
· Ketua Program Pasca Sarjana Studi Pembangunan ITB, 1993 – 2004;