Saturday, May 5, 2007

KEBIJAKAN ENERGI PERMINYAKAN CINA

ABSTRAK

· Impor minyak tahunan Cina mencapai 3 juta bph pada tahun 2004 dengan lompatan besar peningkatan mencapai 41% pada tahun 2003. Selama periode 200- - 2004, Cina meningkatkan impor minyaknya hingga 110%. Sedemikian menariknya perhatian semua para pemain utama pasar minyak internasional, Cina memberikan tantangan pada mereka terutama akibat tidak terprediksinya masa depan ekonomi Cina dan melonjaknya jumlah volume impor minyak.

· Semua analisis mengenai tidak terprediksinya tingkat impor minyak Cina tahun 2004 telah membawa ekonomi Cina pada tingkat pertumbuhan sangat tinggi dan jumlah impor minyak mentahnya menjadi salah satu faktor utama dalam memacu tren naik. Hampir semua lembaga riset perminyakan menggarap studi mengenai fenomena terbaru Cina ini dan efek masa depan terhadap pasar minyak global. Kesepakatan yang terjadi antara India dan Cina akan memberi pengaruh penting terhadap pasar minyak untuk dua dekade mendatang.

· Adalah tidak mengejutkan bahwa ekspektasi pengaruh ini akan berdampak luas seiring dengan ekonomi Cina yang memasuki masa transisi ditambah dengan kuatnya dominasi pemerintah pusat dalam berbagai aspek penting pengambilan kebijakan pasar energi di Cina.

· Sejauh yang anggota OPEC khawatirkan, kondisi sektor energi Cina saat ini akan memberikan dasar yang dipercaya bahwa pasar akan berlanjut menjadi sangat diuntungkan untuk tahun-tahun mendatang. Tingginya angka pertumbuhan ekonomi akan terus berlanjut menggerakkan permintaan minyak dan impor minyak akan terus naik dan masih terdapat jalan panjang untuk dilalui seiring dengan pendapatan perkapita dan konsumsi minyak perkapita Cina yang masih dalam tingkat moderat dan masih jauh dari tingkat negara-negara industri lainnya.

· Pemerintah Cina berniat untuk menggandakan tingkat PDBnya selama 8 tahun ke depan, sebuah indikasi yang kuat bagi anggota OPEC bahwa pertumbuhan impor minyak akan terus berlanjut. Berkaitan dengan ekspektasi ini adalah fakta bahwa ekonomi Cina masih didominasi dengan relative tingginya penggunaan energi dan upaya efisiensi energi masih belum efektif serta sektor transportasi masih menjadi konsumen energi yang tinggi.

· Sektor energi Cina masih didominasi oleh batubara. Cina merupakan produsen sekaligus konsumen terbesar batubara di dunia, dimana jumlahnya mencapai 65% dari total konsumsi energi utama negeri ini. Hasil pemakaian batubara adalah tingginya tingkat polusi di negeri ini. Langkah penting telah diambil untuk memperkenalkan teknologi batubara bersih namun implementasi tidak meluas. Gas alam merupakan salah satu sumber bahan bakar bersih namun kemampuan Cina untuk mengganti batubara dengan gas masih terhambat dengan tingginya biaya produksi dan transportasi gas alam domestik.

· Produksi minyak domestic Cina telah memasuki tahap plato dimana produksi minyak dari lapangan-lapangan tua telah menurun yang berada di utara dan timur dan tidak tergantikan oleh produksi dari lapangan-lapangan baru di utara dan barat serta lepas pantai.

· Permintaan energi meningkat dengan angka yang tidak terkirakan. Semester pertama 2003 dan akhir 2004, Cina menghadapi krisis pasokan energi yang belumpernah dialami selama lebih dari 20 tahun lalu yang mempengaruhi batubara, tenaga listrik dan minyak. Krisis ini memiliki asal mula pada dua hal yang menjadi ketidakmampuan sektor energi Cina. Yang pertama adalah terputusnya antara kecenderungan ekonomi yang terus naik dengan cepat mengikuti pasar dan sektor energi yang masih terkendali oleh pusat.

· Perusahaan-perusahaan yang memproduksi dan memanfaatkan energi masih merupakan milik negara dan harga masih dikendalikan secara penuh oleh pemerintah. Yang kedua adalah situasi energi dan kebijakan perminyakan dalam negeri. Kebijakan energi Cina terus melanjutkan rencana masa lalu. Pemerintah mengambil strategi daripada pendekatan pasar dan mengutamakan kemampuan sendiri. Kebijakan ini kurang koheren dan tidak jelas, hal ini karena hanya ada satu lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk kebijakan energi dan menentukan kebijakan yang digerakkan oleh industri energi individual.

· Kebijakan perminyakan Cina mencerminkan strategi ini dan pendekatan orientasi kemampuan sendiri. Prioritas utama adalah memaksimalkan produksi minyak “milik Cina” daripada di dalam negeri Cina ataupun di luar negeri yang lapangannya dioperasikan oleh perusahaan minyak milik negara. Melihat kondisi impor minyak, Cina lebih memilih kontrak pasokan minyak jangka panjang dibandingkan melalui pasar spot dimana hal ini dilakukan dengan cara mengembangkan hubungan politik yang lebih erat dengan pemerintah pemasok utama minyak. Pada saat yang sama, Cina pun mulai mendiversifikasi sumber impor minyaknya yang saat ini masih tergantung dari Timur Tengah dengan mengembangkan pembangunan jaringan pipa dari Rusia dan Asia Tengah untuk menghindari gangguan pasokan jika dilakukan melalui lalu-lintas laut. Fasilitas penyimpanan strategis pun dimulai pada tahun 2003.

· Konsumsi minyak tahunan Cina naik dari 90 juta ton pada tahun 1980, lalu menjadi 120 juta ton pada tahun 1990, dan terakhir 320 juta ton pada tahun 2004. Selama periode yang sama, produksi minyak domestik naik dari 105 juta ton pada tahun 1980, kemudian menjadi 140 juta ton pada tahun 1990, dan terakhir menjadi 180 juta ton untuk 2004. Impor net minyak naik dari nol pada pertengahan 1990an menjadi 120 juta tahun pada tahun 2004.

· Pertumbuhan permintaan minyak digerakkan oleh sektor transportasi dan sisanya oleh komersial, rumah tangga, dan pertanian. Penggunaan minyak oleh industri mulai mengalami penurunan. Dari seluruh produk minyak, permintaan LPG dan minyak diesel tumbuh lebih cepat dibandingkan jenis bahan bakar cair lainnya, LPG untuk pemakaian rumah tangga dan diesel untuk kereta api dan transportasi jalan raya. Meski pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi cukup tinggi, pemakaian gasoline tumbuh lebih lambat dibandingkan pemakaian diesel. Selain itu, pemakaian minyak untuk bahan bakar pembangkit listrik juga menambah konsumsi domestik untuk 2004 terutama untuk pembangkit dengan mesin diesel.

· Stabilitas harga minyak mentah internasional merupakan faktor penting yang menentukan masa depan jumlah permintaan minyak Cina. Tingkat liberalisasi sektor energi dan pertumbuhan kapasitas kilang domestik juga menjadi faktor penting. Cina memerlukan ekspansi kapasitas pelabuhannya untuk menangani peningkatan volume impor minyaknya dan mengalokasikan investasi yang diperlukan untuk menambah infrastruktur dalam pendistribusiannya.

(Materi ini dikembangkan BBMwatch dari Kajian OPEC dan Departemen Energi AS. Untuk versi Pdf dan lebih lengkap dapat menghubungi kami: bbmwatchjournal@telkom.net)

1 comment:

Anonymous said...

artikel yang lengkap, paling tidak untuk referensi dalam tugas saya...
terima kasih banyak....
sukses!