Saturday, May 5, 2007

KEBIJAKAN ENERGI PERMINYAKAN INDIA

ABSTRAK

· Potensi pertumbuhan permintaan energi/minyak India begitu besar. Negeri ini begitu menjanjikan untuk menjadi penggerak utama permintaan minyak tambahan dunia dalam beberapa dekade ke depan. Saat bauran energi masih didominasi oleh batubara yang mampu memenuhi setengah kebutuhan energi India, selama tahun-tahun belakangan telah menunjukkan adanya peningkatan yang cepat dalam jumlah konsumsi dan ketergantungan impor minyak, serta naiknya permintaan gas alam.

· Bauran energi di India telah mengalami perubahan signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Saat porsi batubara dan tenaga hidro menurun maka pada saat itu mulai naik porsi minyak dan gas. Tahun 2001 – 2002, porsi minyak dalam bauran energi mencapai 36% dimana terjadi peningkatan dari 24% pada tahun 1964 – 1965. Banyaknya jumlah dan terus bertambahnya penduduk India membawa pengaruh pada naiknya pertumbuhan PDB hingga 6% dan hasilnya adalah naiknya permintaan energi (utamanya minyak) yang cukup cepat dalam dua dekade ke depan.

· Ukuran pasar minyak masa depan dapat dievaluasi dari perkiraan yang diberikan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Kesepuluh Pemerintah India (2002/2003 – 2006/2007) dimana permintaan produk minyak diperkirakan naik sebesar 3,7% atau mencapai 2,42 juta bph pada akhir 2007 dibandingkan tahun 1992 yang mencapai 1,97 juta bph dan akan terus naik sebesar 3,5 juta bph pada tahun 2012. Lebih jauh lagi Visi Hidrokarbon 2025 India memperkirakan permintaan minyak akan naik sebesar 5,54 juta bph pada tahun 2025

· Pada saat yang sama produksi minyak diperkirakan tidak akan mencapai 0,74 juta bph pada tahun 2012. Ketergantungan impor India telah naik dari 44% pada tahun 1991 menjadi 73,4% pada tahun 2002.

· Dengan perkiraan bahwa impor energi India akan terus naik maka pasar India menawarkan potensi yang besar bagi ekspor minyak OPEC. Analisis kebijakan energi India memberikan laporan yang krusial dalam penetapannya jika kebijakan di negeri itu akan menghambat potensi dan peluang bagi OPEC.

· Kebijakan energi India sangat kuat dipengaruhi oleh isu keamanan energi. Ini menjadi hal utama dalam segala bentuk realisasi kebijakan seperti substitusi bahan bakar, peningkatan efisiensi energi, pembangunan cadangan strategis, pengembangan kebijakan teknologi sector energi dan pengambilan modal minyak di negara lain.

· India sangat tinggi dalam intensitas pemakaian energinya. Pengurangan intensitas pemakaian energi merupakan cara lain dalam meningkatkan keamanan. Masih terdapat potensi yang besar dalam pengembangan efisiensi energi yang juga terkait dengan kebijakan, termasuk di dalamnya penentuan harga baik untuk produk energi yang dipakai oleh konsumen akhir maupun perubahan institusional dalam sektor energi.

· Sebuah lembaga baru dibentuk dengan nama Biro Efisiensi Energi melalui Undang-undang Konservasi Energi tahun 2001 guna mendorong persaingan dalam berbagai sub sektor energi yang terus berjalan menuju pasar yang ditentukan oleh harga.

· Untuk keamanan energi jangka pendek, Pemerintah mengambil langkah membangun fasilitas penyimpanan strategis yang mampu mencukupi konsumsi minyak selama 15 hari.

· Substitusi bahan bakar berkaitan dengan kebijakan yang tujuannya adalah untuk mendorong penggunaan gas alam serta teknologi tenaga listrik terbarukan (RET) yang sangat menjanjikan bagi India untuk memenuhi permintaan tenaga listrik yang sangat besar dan penyediaan energi di kawasan pedesaan. RET mencapai 3,5% dari total kapasitas tenaga listrik terpasang.

· Porsi gas alam dalam bauran energi mencapai 9% untuk 2001 – 2002 dan tampaknya akan bertambah seiring dengan naiknya jumlah permintaan bahan bakar bagi pembangkit listrik, aplikasi industri dan transportasi (CNG). Naiknya sisi permintaan akan dipenuhi oleh impor, baik melalui jaringan pipa maupun tanker LNG. Situasi ini memunculkan pertanyaan apakah ketergantungan impor gas akan juga menjadi isu keamanan.

· Batubara terus berlanjut menjadi bahan bakar utama bagi pasokan energi komersial meskipun porsinya terus menurun dari 68% (1964 – 1965) hingga 50% (2001 – 2002). Lebih dari 70% permintaan batubara berasal dari pembangkit listrik dan 60% tenaga listrik yang dihasilkan dibangkitkan dengan batubara. Produksi batubara domestik diperkirakan mencapai 405 juta ton antara tahun 2006 – 2007 dan 515 juta ton untuk 2011 – 2012.

· Selain dari batubara, lignit, minyak dan gas masih terdapat sumber energi komersial utama lainnya. Yang pertama adalah potensi hidroelektrik yang diperkirakan bisa mencapai 148.700 MW. Kedua adalah tenaga nuklir seperti uranium yang jumlahnya bisa mencapai 60.000 ton (ekivalen dengan 1,2 miliar ton batubara) serta thorium yang jumlahnya mencapai 360.000 ton. Yang ketiga adalah sumber daya energi terbarukan seperti angin, matahari, biomassa, serta energi hidro skala kecil.

(Materi ini dikembangkan BBMwatch dari Kajian OPEC dan Departemen Energi AS. Untuk versi Pdf dan lebih lengkap dapat menghubungi kami: bbmwatchjournal@telkom.net)

No comments: