Thursday, August 30, 2007

PENGALAMAN THAILAND DALAM MENDEREGULASI PASAR MINYAK

Sumber : Kantor Kebijakan Energi Nasional Thailand


PENETAPAN HARGA MINYAK SEBELUM DEREGULASI
Harga impor dan ex kilang ditentukan oleh pemerintah berdasarkan harga spot dan posting Singapore.
Margin pemasaran ditetapkan oleh pemerintah dan jarang berubah.
Cukai dan pajak pemerintah berdasarkan aturan tertentu dengan satuan bath/liter.
Harga retail BBM ditetapkan oleh pemerintah dan jarang berubah.
Subsidi atau oil fund levy menjadi faktor stabilisasi harga retail BBM.
Formula Harga BBM Retail = HARGA EX KILANG/IMPOR + OIL FUND + PAJAK + MARGIN PEMASARAN


PASAR MINYAK SEBELUM DEREGULASI
Pedagang/dealer BBM retail dikendalikan oleh 4 perusahaan minyak besar, yaitu : PTT, Shell, Esso, Caltex.
Margin pemasaran nilainya tetap selama bertahun-tahun.
Sejumlah kecil perusahaan minyak swasta terlibat dalam perdagangan wholesale.
Jumlah impor minyak dikendalikan dengan sistem kuota.
Tidak ada pemain baru yang masuk bisnis perminyakan karena kebijakan pemerintah.
Kapasitas kilang domestik mencapai 50% dari total permintaan domestik.
Sejumlah daerah terpencil tidak memiliki SPBU sehingga konsumen membeli minyak dari pompa drum yang harganya tidak diatur dimana harganya lebih mahal 1-3 baht per liter dibandingkan harga di SPBU.


PERSIAPAN MENUJU DEREGULASI HARGA MINYAK
Meningkatkan daya saing pasar minyak domestik.
Meningkatkan penentuan harga impor dan ex kilang agar lebih akurat dimana mencerminkan harga minyak dunia.
Meningkatkan struktur harga retail dan pajak dari BBM.
Memperkenalkan faktor penyesuaian bahan bakar otomatis untuk tarif listrik.
Menciptakan pemahaman publik mengenai pasar minyak alamiah.
Menciptakan kepercayaan bahwa perusahaan minyak tidak akan mengambil keuntungan dari konsumen.


MENINGKATKAN PERSAINGAN DALAM PASAR MINYAK DOMESTIK
Memberikan lisensi bagi pemain yang ingin terlibat dalam perdagangan minyak dan mengeluarkan izin serta mendorong masuknya pemain baru.
Menghapus kendali atas impor.
Meningkatkan kapasitas kilang dengan mengizinkan pengembangan kilang yang telah ada yaitu Esso, Thaioil, Bangchak dan pembangunan dua kilang baru, yaitu : Shell dan Caltex.
Mempersingkat prosedur pendirian SPBU terutama untuk mengurangi biaya dan waktu bagi pengusaha.
Mengizinkan kilang Bangchak untuk menjual minyak ke semua trader minyak.
Mengizinkan PTT dan Bangchak untuk bersaing di pasar minyak dan mendorong Bangchak untuk menjual bahan bakar diesel dengan memanfaatkan industri pertanian.


IMPLEMENTASI DEREGULASI PASAR MINYAK
Menggunakan kesempatan yang muncul akibat turunnya harga minyak dunia setelah berakhirnya perang Irak-Kuwait.
Deregulasi dilakukan hanya untuk bensin, minyak tanah, diesel dan minyak bakar.
“Semi Deregulasi” dilakukan pada akhir mei 1991.
“Deregulasi Penuh” dilakukan tanggal 19 Agustus 1991.


SEMI DERGULASI
SPBU mengumumkan harga tiap produk BBM yang dijualnya.
Pemerintah mengurangi harga BBM wholesale melalui pengurangan oil fund levy.
Pemerintah mendorong para trader minyak untuk mengurangi harga retail.
Saat harga retail actual lebih rendah dari harga maksimum maka pemerintah menghapus harga retail BBM maksimum (konsep harga batas atas).
Pemerintah masih memberlakukan perubahan harga impor dan ex kilang secara mingguan.
Oil fund levy masih ditentukan dengan jumlah yang tetap dan harga di tingkat wholesale diperkenankan berubah tiap minggu namun masih searah dengan harga ex kilang.
Perusahaan minyak boleh mengubah harga retail BBM namun harus sejalan dengan perubahan yang terjadi di harga wholesale tetapi diberi jeda waktu.
Perusahaan minyak bertanggungjawab atas penetapan harga di SPBU miliknya dan harus mengawasinya secara ketat.
Perusahaan minyak harus melaporkan tiap perubahan harga retail BBM kepada NEPO (National Energy Policy Office of Thailand).
SPBU harus melaporkan harga jual retail BBM tiap bulannya.

DEREGULASI PENUH
Deregulasi penuh dilakukan tanggal 19 Agustus 1991.
Pemerintah Thailand menghapus wewenang penetapan harga impor/ex kilang dan wholesale.
Kilang mengumumkan sendiri harga ex kilangnya.
Harga jual ditetapkan bagi pedagang minyak.
Harga jual ditetapkan bagi konsumen kecil.
Tarif impor dikeluarkan untuk melindungi kilang domestik. Hal ini kemudian diikuti dengan perubahan dalam peraturan cadangan minyak guna meningkatkan upaya perlindungan.


TINDAKAN UNTUK MELINDUNGI KILANG DOMESTIK
Kilang domestic harus membayar “manfaat khusus” bagi pemerintah Thailand.
2% dari penerimaan kotor kilang domestik harus diberikan kepada Esso, Shell, dan Caltex.
35% dari keuntungan kotor kilang domestik harus diberikan kepada Thai-oil.
Tidak ada pemberian keuntungan bagi Bangchak namun perusahaan ini menghadapi kerugian lain.
Penghapusan “manfaat khusus” ini sulit dilakukan secara politis sehingga proteksi dilakukan dengan cara pajak impor dan peraturan cadangan minyak.



MASALAH YANG TIMBUL AKIBAT DEREGULASI HARGA MINYAK
Persepsi konsumen.
Margin pemasaran terlalu tinggi.
Harga retail inelastis terutama saat tren turun.
Adanya kolusi harga yang dilakukan oleh perusahaan minyak.
Adanya kolusi yang dilakukan oleh SPBU di sejumlah daerah terpencil.
Harga retail BBM dengan arah menurun berlangsung lambat namun saat naik berjalan dengan cepat.
Sejumlah SPBU tidak mengumumkan harga jualnya.


KENDALI PEMERINTAH DALAM SISTEM YANG BERLAKU SAAT INI
Pada prinsipnya harus terjadi deregulasi penuh namun dalam masa transisi kendali dalam hal-hal tertentu masih diperlukan.
Kendali yang sudah ada.
Para trader minyak masih didorong untuk menentukan harga BBM yang dijual di SPBUnya.
NEPO masih diberi wewenang mengeluarkan “Transport Cost Account” sebagai panduan bagi perusahaan minyak dalam menentukan harga minyak di tiap distrik.
NEPO dan Departemen Perdagangan Dalam Negeri secara ketat memonitor harga dan kondisi pasar minyak.
Pemberitahuan dikeluarkan secara berkala bagi trader minyak guna mengurangi margin pemasaran.


PERUBAHAN YANG TERJADI DI PASAR MINYAK SEJAK DEREGULASI
Margin pemasaran naik dua kali lipat namun margin kilang turun secara substansial.
Margin kilang dan pemasaran yang disesuaikan mengikuti perubahan spesifikasi produk BBM naik drastis.
Jumlah trader minyak dan SPBU naik secara substansial.
Distrik yang tidak memiliki SPBU mengalami penurunan. Daerah terpencil dilayani oleh SPBU mini yang merupakan bentuk baru dari SPBU pada umumnya.
Pengurangan tindakan kolusi didaerah terpencil.
Kapasitas kilang naik secara substansif dan kapasitas cadangan akan muncul pada tahun 1996.
Persaingan di pasar minyak mulai terjadi terutama karena perusahaan minyak mulai membentuk porsi pasar sebelum tahun 1996.
Mulai dilakukannya perbaikan kualitas di SPBU.
Persyaratan kualitas BBM diperketat untuk melindungi lingkungan.



PEMAIN UTAMA YANG TERLIBAT DALAM DEREGULASI

PEMERINTAH
National Energy Policy Office (NEPO)
Departemen Perdagangan Dalam Negeri
Pemerintah Provinsi

PERUSAHAAN MINYAK NEGARA
PTT, Bangchak (BCP)

PERUSAHAAN MINYAK SWASTA
Shell, Esso, Caltex, Thaioil


MENINGKATKAN PENENTUAN HARGA IMPOR DAN EX KILANG AGAR LEBIH AKURAT DALAM MENCERMINKAN HARGA MINYAK DUNIA
Sebelumnya harga impor dan ex kilang ditetapkan berdasarkan harga Singapore posting dengan delay waktu yang tidak jelas dan formula yang berubah dari waktu ke waktu dan hal ini menjadi pertanyaan yang sering dilontarkan oleh perusahaan minyak.
Formula yang definitif kemudian ditetapkan dimana harga impor mengacu pada harga CIF pasar spot Singapore dengan delay waktu 1 minggu.
Harga ex kilang masih mengacu pada Singapore posting namun dengan panduan yang lebih jelas.


MENINGKATKAN STRUKTUR HARGA RETAIL DAN PAJAK DARI BBM
Struktur harga dan pajak retail BBM sebelum deregulasi sangat terdistorsi dan membawa pada ketidakwajaran harga produk, modifikasi mesin, dan upaya peralihan ke kendaraan diesel.
Selama tahun 1985 hingga 1991 harga dan pajak retail BBM secara bertahap disesuaikan untuk mengurangi distorsi.




PENGURANGAN HARGA BBM RETAIL ANTARA BANGKOK DAN DAERAH PROVINSI LAIN

Harga BBM di Bangkok selalu menjadi yang terendah di Thailand mengingat Bangkok merupakan pusat distribusi utama.
Harga di distrik diluar Bangkok ditentukan dengan formula : Harga Bangkok + Biaya Transportasi bahkan setelah deregulasi.
Kekuatan persaingan mulai mengurangi perbedaan harga antara Bangkok dan daerah lainnya namun hal ini tidaklah cukup.
Kebijakan untuk mengurangi perbedaan harga diumumkan sebagai kebijakan pemerintah saat ini.


IMPLEMENTASI PENGURANGAN PERBEDAAN HARGA
Pemerintah meminta perusahaan minyak untuk meningkatkan margin pemasaran di Bangkok dan mengurangi margin penjualan di daerah provinsi lain.
Hal ini tidak menjadi kekuatan yang mendistorsi pasar dimana harga jual minyak di Bangkok jauh lebih mahal dibandingkan di daerah lain.
Saat ini harga jual retail BBM di hampir seluruh provinsi di kawasan tengah hampir sama dan perbedaan harga untuk daerah provinsi luar mulai turun hingga 50%.

BBMWATCH News Edisi September 2007

+ Harga Motor Gasoline (Mogas) Singapore yang menjadi acuan harga Premium mengalami penurunan cukup besar. Akibatnya harga Keekonomian Premium pada periode September 2007 turun 7% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp 5.945/ Liter. Meski mengalami penurunan, harga ini belum menyentuh harga jual bersubsidi dalam negeri yang mencapai Rp 4.500/liter.

+ Harga Gasoil Singapore yang menjadi acuan harga Solar mengalami kenaikan tipis. Harga keekonomian solar September 2007 naik 1,17% menjadi Rp. 6.254/ Liter. Sama halnya dengan Premium, maka beban subsidi solar (sektor transportasi) juga semakin besar.

+ Hal yang sama juga terjadi pada harga kerosene Singapore sebagai acuan harga minyak Tanah. Harga Keekonomian Minyak tanah pada bulan September 2007 naik 3,2% menjadi Rp. 6.370/ liter, akibatnya subsidi minyak tanah juga akan semakin besar hingga mencapai diatas Rp. 4.000/ liternya.

+ Berdasarkan perhitungan BBMwatch harga Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamina DEX (Solar Grade Tinggi) pada September 2007 nanti diperkirakan berturut-turut sekitar Rp. 6.145, Rp. 6.370, dan Rp. 6.754 per Liternya.

+ Untuk harga Bahan Bakar Nabati/ Biofuel sesuai dengan harga referensi Biodiesel dan Ethanol bulan Juli-September 2007 juga mengalami kenaikan cukup tajam. Diperkirakan harga keekonomian Ethanol (Bio-Premium) dan Biodiesel (Bio-Solar) berturut-turut mencapai angka Rp. 4.625/ liter, dan Rp. 8.050 / Liternya.

+ Harga LPG Saudi Aramco Contract Prices (Aramco CP) berdasar data akhir Agustus 2007 yang dapat menjadi acuan harga keekonomian LPG di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 6.920/Kg.

+ Harga Minyak Mentah BCI-13 (Rata-rata Harga Minyak Mentah dari 13 Negara Pilihan BBMwatch berdasarkan aspek sensitivitas geopolitik & konsistensi volume produksi) mencapai US$ 68.77/ Barel. Total produksi per Agustus dari negara BCI-13 mencapai 49.820.000 barel, sekitar 60% produksi dunia.

Sunday, August 26, 2007

Acuan Harga BBM di Thailand

MENGAPA HARGA RETAIL BBM THAILAND MENGACU KE SINGAPORE ?

Sumber : Kantor Kebijakan Energi Nasional Thailand

  1. Penetapan Harga Produk Minyak oleh Kilang Thailand harus kompetitif terhadap harga produk impor luar negeri.

Kilang Thailand harus bersaing tidak hanya dengan kilang domestik lainnya namun juga dengan produk minyak impor yang berasal dari luar negeri. Akibatnya penentuan harga produk minyak wholesale harus bersaing dengan harga impor yang paling murah misalnya dengan biaya ekspor minimum dari sumber di luar Thailand. Oleh karenanya harus berdasarkan basis kesamaan impor dimana harga pasar Singapura dijadikan acuan. Hal ini telah diterapkan untuk menentukan harga produk minyak di kilang Thailand.

Dalam menentukan harga produk minyak, jika harga ditetapkan lebih tinggi dari harga impor di Singapore maka para trader minyak akan mengacu harga produk minyak hasil impor kepada harga domestik. Namun jika harga ditetapkan lebih rendah dari harga impor maka tingkat keuntungan tidak akan diberikan kepada kilang namun untuk mencukupi insentif investasi dalam bisnis kilang minyak di Thailand.

2. Mengapa harga produk minyak Thailand harus mengacu kepada Harga Spot Singapura ?

1) Biaya Impor Minimum untuk Thailand bisa tercermin. Pasar Singapura adalah pasar ekspor terbesar di kawasan Asia dan paling dekat dengan Thailand. Biaya impor dari Singapore akan menjadi biaya minimum yang akan bersaing dengan kilang Thailand.

2) Pertimbangan Volume Perdagangan.

Hampir sama dengan New York, negosiasi perdagangan minyak dilakukan di Singapura oleh perusahaan perdagangan minyak yang menjalankan aktifitasnya disana meskipun minyak yang diperjualbelikannya tidak disimpan di Singapura. Volume perdagangan minyak Singapura dianggap hampir sama dengan volume perdagangan di pasar besar lainnya seperti Eropa, Amerika dan Timur Tengah dimana hal ini akan menyulitkan pembeli ataupun penjual memanipulasi harga. Sebagai hasilnya harga spot Singapura akan mencerminkan kemampuan pasokan dan permintaan produk minyak di kawasan ini.

3) Harga Mencerminkan Kemampuan Pasokan dan Permintaan Produk Minyak di Asia.

Meskipun kapasitas kilang total Singapore mencapai 1,5 juta bph dan hal ini lebih kecil dibandingkan Cina, Jepang dan Korea Selatan namun kilang ini utamanya ditujukan untuk ekspor sedangkan kilang di negara yang kapasitasnya besar umumnya ditujukan untuk konsumsi domestik dan ekspor bisa dilakukan jika ada kelebihan produksi. Dengan adanya tujuan orientasi ekspor, harga spot Singapura mencerminkan biaya ekspor asli dimana nantinya akan menceminkan kemampuan pasokan dan permintaan produk perminyakan di kawasan Asia.



4) Harga ekspor sejumlah negara mengacu pada harga Spot Singapura

Meskipun volume ekspor minyak Singapura mengalami penurunan karena meningkatnya kapasitas kilang di sejumlah negara, harga ekspor di negara-negara tersebut masih mengacu ke harga spot Singapura. Lebih jauh lagi perdagangan ekspor minyak dari sejumlah negara terjadi di Singapore.

5) Fluktuasi Harga Produk Minyak di Pasar Singapura mengikuti Harga Pasar Dunia.

The National Energy Policy Office (NEPO) telah memonitor pergerakan harga minyak di sejumlah pasar misalnya di Timur Tengah, Eropa, Amerika dan Singapura dan menyimpulkan bahwa pergerakan harga produk minyak di pasar-pasar tersebut bergerak dengan arah yang sama dalam berbagai level harga. Dalam berbagai interval, harga di sejumlah pasar mungkin berbeda antara pasar yang satu dengan yang lainnya atau tidak bergerak searah dan hal ini akibat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan selama periode tertentu. Namun demikian, harga yang berbeda akan menyebabkan aliran masuk atau keluar produk minyak dari pasar yang satu menuju pasar yang lainnya hingga harga di suatu pasar mencapai keseimbangan terhadap pasar lainnya. Hal ini terjadi mengingat produk minyak yang didistribusikan di setiap pasar merupakan komoditas universal yang diperjualbelikan dengan sistem perdagangan bebas.

6) Fluktuasi Harga Produk Minyak di Singapura Lebih Moderat dibandingkan Pasar lainnya.

Selama beberapa tahun terakhir, observasi pergerakan harga produk minyak di berbagai pasar menyimpulkan bahwa harga produk minyak di pasar spot Singapura berfluktuasi secara moderat dibandingkan pasar lainnya. Ditambah lagi saat harga produk minyak di pasar spot Singapura mengalami perbedaan dari pasar lainnya maka dalam waktu 1 hingga 3 hari akan kembali menuju keseimbangannya.

3. Penetapan Harga Produk Minyak yang Wajar oleh Kilang Thailand disesuaikan dengan kondisi terbaru.

Dengan adanya fakta bahwa kilang Thailand harus bersaing dengan impor dari Singapura dan pergerakan harga produk minyak Singapura adalah sesuai dengan pasar lainnya di dunia namun tidak terlalu tinggi fluktuasinya maka penetapan harga produk minyak Thailand yang mengacu ke pasar spot Singapura dianggap paling wajar untuk saat ini. Meskipun demikian, sejak harga porsi ekspor produk minyak Thailand lebih rendah dari harga produk yang didistribusikan ke seluruh negeri maka konsumen dalam negeri tentunya akan mendapat keuntungan dari murahnya harga ekspor. Saat ini kilang minyak Thailand memiliki margin keuntungan yang cukup sehingga bisa memberikan diskon bagi pedagang minyak dan hal ini bisa memberi pengaruh akan adanya diskon harga minyak di sejumlah daerah di dalam negeri. Jika penurunan harga atau diskon untuk produk minyak dalam negeri bisa diperluas secara nasional melalui penurunan harga ex-kilang yang mendekati harga ekspor maka konsumen domestik akan diuntungkan.

4. Ketidakwajaran Penetapan Harga Produk Minyak berdasarkan Cost-Plus Basis.

Menentukan harga ex-kilang berdasarkan cost-plus basis yaitu biaya minyak mentah ditambah margin kilang tetap dimana hal ini dianggap tidak wajar karena alasan berikut :

1) Harga minyak mentah berfluktuasi seperti halnya harga produk minyak. Oleh karenanya methodologi penentuan harga seperti ini tidak bisa mencerminkan pengaruh fluktuasi harga retail di Thailand saat kondisi pasar berubah.

2) Jika penentuan harga ex-kilang berdasarkan margin kilang di Thailand maka harga minyak domestik akan meningkat karena margin kilang Thailand lebih tinggi dari kilang Singapura. Sejumlah faktor yang menjadikan margin kilang Singapura lebih rendah adalah sebagai berikut :

  • Kapasitas kilang Singapura adalah lebih besar dan efisien dibandingkan kilang Thailand sehingga biaya per unit hasil pengolahannya lebih rendah dari kilang Thailand.
  • Terdapat industri hilir di Singapura yang tingkat imbalan keuntungan bagi kilang lebih baik dari Thailand.
  • Tingkat pajak di Singapura lebih rendah dari Thailand.
  • Singapura adalah pelabuhan pintu masuk sehingga memiliki keuntungan berupa adanya sistem transportasi yang baik, lokasi transportasi strategis, dan pelabuhan skala besar. Kesemua faktor tersebut menghasilkan biaya transportasi minyak yang lebih rendah dibandingkan Thailand.
  • Hasilnya, penentuan harga produk minyak berdasarkan harga pasar Singapura akan menguntungkan konsumen. Itulah sebabnya, konsumen bisa membeli produk minyak dengan harga minimum karena kilang Thailand menggunakan dasar biaya terendah dari kilang Singapura sehingga dapat bersaing dengan impor dari Singapura.

3) Penentuan harga berdasarkan cost-plus basis akan mendistorsi kondisi persaingan di pasar minyak saat biaya minyak tidak mencerminkan persaingan yang nyata. Hasilnya, ekspor dan impor tidak akan saling berhubungan dengan kondisi pasar sesungguhnya. Selama periode tertentu harga impor bisa lebih murah dari harga yang ditetapkan oleh kilang domestik, saat kondisi demikian para trader minyak akan mengimpor minyak dibandingkan membeli dari kilang domestik. Di sisi lain, jika harga di Singapura lebih tinggi dari Thailand maka kilang domestik akan memperoleh keuntungan dari ekspor dibandingkan mendistribusikannya ke seluruh negeri. Jika kondisi demikian maka kilang domestik akan mengekspor minyak sebanyak mungkin dan hal ini menyebabkan kelangkaan minyak di dalam negeri.

4) Untuk memperbaiki margin dan pendapatan kilang maka tidak diberikan insentif bagi kilang Thailand dalam meningkatkan efisiensi agar biaya produksi bisa menurun.