Sunday, August 26, 2007

Acuan Harga BBM di Thailand

MENGAPA HARGA RETAIL BBM THAILAND MENGACU KE SINGAPORE ?

Sumber : Kantor Kebijakan Energi Nasional Thailand

  1. Penetapan Harga Produk Minyak oleh Kilang Thailand harus kompetitif terhadap harga produk impor luar negeri.

Kilang Thailand harus bersaing tidak hanya dengan kilang domestik lainnya namun juga dengan produk minyak impor yang berasal dari luar negeri. Akibatnya penentuan harga produk minyak wholesale harus bersaing dengan harga impor yang paling murah misalnya dengan biaya ekspor minimum dari sumber di luar Thailand. Oleh karenanya harus berdasarkan basis kesamaan impor dimana harga pasar Singapura dijadikan acuan. Hal ini telah diterapkan untuk menentukan harga produk minyak di kilang Thailand.

Dalam menentukan harga produk minyak, jika harga ditetapkan lebih tinggi dari harga impor di Singapore maka para trader minyak akan mengacu harga produk minyak hasil impor kepada harga domestik. Namun jika harga ditetapkan lebih rendah dari harga impor maka tingkat keuntungan tidak akan diberikan kepada kilang namun untuk mencukupi insentif investasi dalam bisnis kilang minyak di Thailand.

2. Mengapa harga produk minyak Thailand harus mengacu kepada Harga Spot Singapura ?

1) Biaya Impor Minimum untuk Thailand bisa tercermin. Pasar Singapura adalah pasar ekspor terbesar di kawasan Asia dan paling dekat dengan Thailand. Biaya impor dari Singapore akan menjadi biaya minimum yang akan bersaing dengan kilang Thailand.

2) Pertimbangan Volume Perdagangan.

Hampir sama dengan New York, negosiasi perdagangan minyak dilakukan di Singapura oleh perusahaan perdagangan minyak yang menjalankan aktifitasnya disana meskipun minyak yang diperjualbelikannya tidak disimpan di Singapura. Volume perdagangan minyak Singapura dianggap hampir sama dengan volume perdagangan di pasar besar lainnya seperti Eropa, Amerika dan Timur Tengah dimana hal ini akan menyulitkan pembeli ataupun penjual memanipulasi harga. Sebagai hasilnya harga spot Singapura akan mencerminkan kemampuan pasokan dan permintaan produk minyak di kawasan ini.

3) Harga Mencerminkan Kemampuan Pasokan dan Permintaan Produk Minyak di Asia.

Meskipun kapasitas kilang total Singapore mencapai 1,5 juta bph dan hal ini lebih kecil dibandingkan Cina, Jepang dan Korea Selatan namun kilang ini utamanya ditujukan untuk ekspor sedangkan kilang di negara yang kapasitasnya besar umumnya ditujukan untuk konsumsi domestik dan ekspor bisa dilakukan jika ada kelebihan produksi. Dengan adanya tujuan orientasi ekspor, harga spot Singapura mencerminkan biaya ekspor asli dimana nantinya akan menceminkan kemampuan pasokan dan permintaan produk perminyakan di kawasan Asia.



4) Harga ekspor sejumlah negara mengacu pada harga Spot Singapura

Meskipun volume ekspor minyak Singapura mengalami penurunan karena meningkatnya kapasitas kilang di sejumlah negara, harga ekspor di negara-negara tersebut masih mengacu ke harga spot Singapura. Lebih jauh lagi perdagangan ekspor minyak dari sejumlah negara terjadi di Singapore.

5) Fluktuasi Harga Produk Minyak di Pasar Singapura mengikuti Harga Pasar Dunia.

The National Energy Policy Office (NEPO) telah memonitor pergerakan harga minyak di sejumlah pasar misalnya di Timur Tengah, Eropa, Amerika dan Singapura dan menyimpulkan bahwa pergerakan harga produk minyak di pasar-pasar tersebut bergerak dengan arah yang sama dalam berbagai level harga. Dalam berbagai interval, harga di sejumlah pasar mungkin berbeda antara pasar yang satu dengan yang lainnya atau tidak bergerak searah dan hal ini akibat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan selama periode tertentu. Namun demikian, harga yang berbeda akan menyebabkan aliran masuk atau keluar produk minyak dari pasar yang satu menuju pasar yang lainnya hingga harga di suatu pasar mencapai keseimbangan terhadap pasar lainnya. Hal ini terjadi mengingat produk minyak yang didistribusikan di setiap pasar merupakan komoditas universal yang diperjualbelikan dengan sistem perdagangan bebas.

6) Fluktuasi Harga Produk Minyak di Singapura Lebih Moderat dibandingkan Pasar lainnya.

Selama beberapa tahun terakhir, observasi pergerakan harga produk minyak di berbagai pasar menyimpulkan bahwa harga produk minyak di pasar spot Singapura berfluktuasi secara moderat dibandingkan pasar lainnya. Ditambah lagi saat harga produk minyak di pasar spot Singapura mengalami perbedaan dari pasar lainnya maka dalam waktu 1 hingga 3 hari akan kembali menuju keseimbangannya.

3. Penetapan Harga Produk Minyak yang Wajar oleh Kilang Thailand disesuaikan dengan kondisi terbaru.

Dengan adanya fakta bahwa kilang Thailand harus bersaing dengan impor dari Singapura dan pergerakan harga produk minyak Singapura adalah sesuai dengan pasar lainnya di dunia namun tidak terlalu tinggi fluktuasinya maka penetapan harga produk minyak Thailand yang mengacu ke pasar spot Singapura dianggap paling wajar untuk saat ini. Meskipun demikian, sejak harga porsi ekspor produk minyak Thailand lebih rendah dari harga produk yang didistribusikan ke seluruh negeri maka konsumen dalam negeri tentunya akan mendapat keuntungan dari murahnya harga ekspor. Saat ini kilang minyak Thailand memiliki margin keuntungan yang cukup sehingga bisa memberikan diskon bagi pedagang minyak dan hal ini bisa memberi pengaruh akan adanya diskon harga minyak di sejumlah daerah di dalam negeri. Jika penurunan harga atau diskon untuk produk minyak dalam negeri bisa diperluas secara nasional melalui penurunan harga ex-kilang yang mendekati harga ekspor maka konsumen domestik akan diuntungkan.

4. Ketidakwajaran Penetapan Harga Produk Minyak berdasarkan Cost-Plus Basis.

Menentukan harga ex-kilang berdasarkan cost-plus basis yaitu biaya minyak mentah ditambah margin kilang tetap dimana hal ini dianggap tidak wajar karena alasan berikut :

1) Harga minyak mentah berfluktuasi seperti halnya harga produk minyak. Oleh karenanya methodologi penentuan harga seperti ini tidak bisa mencerminkan pengaruh fluktuasi harga retail di Thailand saat kondisi pasar berubah.

2) Jika penentuan harga ex-kilang berdasarkan margin kilang di Thailand maka harga minyak domestik akan meningkat karena margin kilang Thailand lebih tinggi dari kilang Singapura. Sejumlah faktor yang menjadikan margin kilang Singapura lebih rendah adalah sebagai berikut :

  • Kapasitas kilang Singapura adalah lebih besar dan efisien dibandingkan kilang Thailand sehingga biaya per unit hasil pengolahannya lebih rendah dari kilang Thailand.
  • Terdapat industri hilir di Singapura yang tingkat imbalan keuntungan bagi kilang lebih baik dari Thailand.
  • Tingkat pajak di Singapura lebih rendah dari Thailand.
  • Singapura adalah pelabuhan pintu masuk sehingga memiliki keuntungan berupa adanya sistem transportasi yang baik, lokasi transportasi strategis, dan pelabuhan skala besar. Kesemua faktor tersebut menghasilkan biaya transportasi minyak yang lebih rendah dibandingkan Thailand.
  • Hasilnya, penentuan harga produk minyak berdasarkan harga pasar Singapura akan menguntungkan konsumen. Itulah sebabnya, konsumen bisa membeli produk minyak dengan harga minimum karena kilang Thailand menggunakan dasar biaya terendah dari kilang Singapura sehingga dapat bersaing dengan impor dari Singapura.

3) Penentuan harga berdasarkan cost-plus basis akan mendistorsi kondisi persaingan di pasar minyak saat biaya minyak tidak mencerminkan persaingan yang nyata. Hasilnya, ekspor dan impor tidak akan saling berhubungan dengan kondisi pasar sesungguhnya. Selama periode tertentu harga impor bisa lebih murah dari harga yang ditetapkan oleh kilang domestik, saat kondisi demikian para trader minyak akan mengimpor minyak dibandingkan membeli dari kilang domestik. Di sisi lain, jika harga di Singapura lebih tinggi dari Thailand maka kilang domestik akan memperoleh keuntungan dari ekspor dibandingkan mendistribusikannya ke seluruh negeri. Jika kondisi demikian maka kilang domestik akan mengekspor minyak sebanyak mungkin dan hal ini menyebabkan kelangkaan minyak di dalam negeri.

4) Untuk memperbaiki margin dan pendapatan kilang maka tidak diberikan insentif bagi kilang Thailand dalam meningkatkan efisiensi agar biaya produksi bisa menurun.

No comments: