Wednesday, September 19, 2007

Kilasan Sektor Hilir Negara Asia Tenggara

Sektor Hilir Negara-negara Asia Tenggara
Sumber : Dept Energi AS


Brunei

Industri minyak Brunei didominasi oleh Brunei Shell Petroleum (BSP). BSP ini mengolah minyak yang berasal dari tujuh lapangan minyak lepas pantai, yaitu Champion (berisi 40% cadangan total Brunei dan produksinya mencapai 50.000 bph), Southwest Ampa (berisi setengah cadangan dan produksi gas alam Brunei), Fairley, Fairley-Baram, Gannet, Magpie, dan Iron Duke. BSP pun mengoperasikan dua lapangan darat yaitu Rasau dan Seria-Tali. Lapangan lainnya yaitu Egret yang akan beroperasi mulai tahun 2006 dan diperkirakan menghasilkan minyak 30 juta barel selama 15-20 tahun ke depan. Konsumen utama minyak Brunei adalah Jepang, Korea Selatan, AS, Australia, Selandia Baru, Cina dan India.

BSP merupakan perusahaan patungan dengan komposisi saham 50-50 antara antara Royal Dutch/Shell dan pemerintah Brunei. Selama bertahun-tahun lalu perusahaan ini adalah satu-satunya produsen minyak di negeri itu dan hanya mengoperasikan satu buah kilang. Namun saat ini pasar negeri itu sudah dibuka. Tahun 2002, Total SA asal Perancis telah diberikan ijin eksplorasi di laut dalam Blok J yang berada 60 mil lepas pantai dengan bermitra dengan BHP Biliton Petroleum (saham 25%) dan Amerada Hess (saham 15%).


Sektor Hilir

Brunei hanya memiliki satu buah kilang dibawah BSP dengan kapasitas 8.600 bph. Sekitar 5000 sampai 6000 bph produksi kilang dipakai untuk konsumsi dalam negeri. Sisa dari produksi minyak mentah dan produk kilang diekspor ke negara lain.


-----------------


Filipina

Sektor Hilir dan Pengilangan

Berdasarkan laporan OGJ, Filipina memiliki kapasitas pengilangan minyak sebesar 333.000 bph yang terbagi di dua kilang yaitu : Kilang Limay, Bataan (kapasitas 180.000 bph) milik Petron Corporation dan Tabango (kapasitas 153.000 bph) milik Shell. Petron merupakan perusahaan kilang dan pemasaran minyak terbesar di Filipina yang dulunya berstatus BUMN. Setelah privatisasi dimulai tahun 1990an, PNOC dan Saudi Aramco mengambil alih saham perusahan tersebut sebanyak 40% sedangkan 205 lainnya dipegang oleh investor lainnya.

Deregulasi pasar minyak yang dimulai tahun 1998 terus membawa perubahan signifikan pada industri ini. Sejak deregulasi dimulai, lebih dari 60 perusahan baru memasuki sektor retail perminyakan Filipina. Petron, Shell dan Chevron masih menjadi pemain utama di industri ini namun para pendatang baru telah meningkatkan penguasaan pasar sektor hilir negeri ini dari 10% pada tahun 2000 menjadi 20% pada tahun 2005.

------------

Indonesia

Sektor Hilir dan Pengilangan

Berdasarkan laporan OGJ, untuk periode Januari 2007 kapasitas kilang Indonesia mencapai 992.745 bph yang tersebar di 8 kilang yang dioperasikan oleh PT. Pertamina. Kilang terbesar berkapasitas 348.000 bph yang berada di Cilacap, Jawa Tengah, lalu kilang Balikpapan berkapasitas 241.000 bph serta kilang Balongan, Jawa Barat yang berkapasitas 125.000 bph.

Bulan Agustus 2006, PT Pertamina mengumumkan rencana untuk mengeluarkan dana sebanyak US$10 sampai 11 miliar untuk meningkatkan kemampuan sektor hilir Indonesia selama 5 tahun ke depan. Sebagai bagian dari upaya ini adalah diajukannya sejumlah proposal peningkatan kemampuan kilang atau pembangunan kilang baru serta penambahan jaringan transmisi, distribusi dan pemasarannya. Dari sejumlah proposal yang diajukan hanya proyek pembangunan kilang di Pare-Pare yang disetujui secara signifikan. Perusahaan lokal PT Intanjaya Agromegah Abadi dengan dukungan finansial dari investor Arab Saudi serta Inter Global Technologies dari AS memulai pembangunan fasilitas ini pada bulan Februari 2006 lalu yang akan menjadi kilang milik swasta pertama di Indonesia. Kilang ini akan berkapasitas 300.000 bph dan akan selesai tahun 2010.

Sejumlah proyek pembangunan kilang juga telah diajukan. Bulan Desember 2006, PT Pertamina dan Sinopec Cina telah menyelesaikan studi kelayakan pembangunan kilang berkapasitas 200.000 bph di Tuban, Jawa Timur. Saat MOU ditandatangani oleh dua perusahaan tersebut, tidak ada satupun perusahaan yang berencana membangun proyek tersebut. Di sisi lain, PT Elnusa yang merupakan anak perusahaan PT Pertamina telah melakukan studi kemungkinan pembangunan kilang berkapasitas 300.000 bph yang akan berkonsorsium dengan PDVSA, NIORDC, dan investor Jepang.




---------------

Malaysia

Sektor Hilir dan Pengilangan

Malaysia memiliki 6 kilang dengan kapasitas total mencapai 544.832 bph. Terdapat 3 kilang terbesar di Malaysia yaitu Kilang Shell Port Dickson berkapasitas 155.000 bph dan Melaka-1 dan Melaka-II milik Petronas yang berkapasitas 92.832 bph serta 126.000 bph.

Petronas menyiapkan dana sebanyak US$ 1.4 miliar untuk ekspansi tahap kedua kilang Malaka menjadi 200.000 bph yang berada 90 mil selatan Kuala Lumpur dan telah beroperasi tahun 1998. Ekspansi tahap kedua kilang Melaka-II sebesar 100.000 bph merupakan usaha bersama antara Petronas (45%), Conoco (40%) dan Statoil (15%). Kilang kedua ini berisi vacuum distilation unit berkapasitas 62.000 bph, catalytic cracker berkapasitas 26.000 bph, hydrocracker berkapasitas 28.500 bph, desulfurization berkapasitas 35.000 bph, serta coker berkapasitas 21.000 bph. Salah satu tujuan pembangunan kilang ini adalah untuk memasok gasolin ke SPBU milik Conoco di Thailand dan sejumlah SPBU baru di Malaysia. Tahap pertama pembangunan kilang Melaka selesai pertengahan tahun 1994 yang didalamnya terdapat sweet crude distillation unit berkapasitas 100.000 bph yang sepenuhnya dimiliki Peetronas dan mengolah minyak Tapis.


BP pun menjual 70% kepemilikan SPBU yang tersebar di Malaysia kepada perusahaan investasi lokal Bousted Holdings pada bulan Februari 2005. BP Malaysia memiliki 245 unit SPBU di Malaysia.

Dengan terus naiknya harga minyak mentah selama dua tahun terakhir, subsidi harga BBM semakin membebani pemerintah Malaysia.



------------


Singapura

Sektor Hilir

Berdasarkan laporan OGJ, kapasitas pengilangan Singapura secara total mencapai 1,3 juta bph untuk periode Januari 2006. Tiga kilang di Singapura adalah Jurong/Pulau Ayer Chawan milik ExxonMobil berkapasitas 605.000 bph, kilang Pulau Bukom milik Royal Dutch Shell berkapasitas 458.000 bph, serta kilang Pulau Merlimau milik Singapore Petroleum Company berkapasitas 273.600 bph. Dikarenakan lokasi Singapura yang strategis di jalur perdagangan maka negeri ini menjadi terminal kilang dan perdagangan minyak yang penting.

Meskipun demikian, para rival regional terus meningkatkan kemampuannya dalam menyaingi posisi teratas Singapura dalam pasar Asia. Kilang-kilang baru di India terus dibangun terutama kilang milik Reliance Petroleum berkapasitas 540.000 bph di Jamnagar yang telah beroperasi tahun 2000 dan telah mengurangi permintaan impor BBM dalam negeri.

Kompleks pengilangan Melaka di Malaysia juga telah menjadi pesaing bagi Singapura. Awal tahun 2004, Thailand memperjelas rencananya untuk membuka terminal energi regional dengan menyelesaikan pusat perminyakan di Sri Racha dan memberikan insentif pajak. Pemerintah Thailand pun telah mencoba kemungkinan memotong kanal yang melewati Kra Isthmus di sebelah utara perbatasan Malaysia sebagai alternatif jalur pelayaran menuju Selat Malaka. Diperkirakan proyek senilai US$20 miliar ini akan memperpendek jalur dari Samudera Hindia ke Pasifik hingga 700 mil laut namun rencana ini belum mendapat dukungan sepenuhnya dari pemerintah Thailand. Untuk menandingi proyek tersebut, Singapura mengumumkan rencana pada bulan Februari 2004 untuk memangkas pajak korporat sebesar 50% bagi perusahaan minyak yang melakukan bisnis di negeri tersebut.

Bulan Februari-Maret 2004, sejumlah pejabat Singapura melakukan kunjungan ke Timur Tengah untuk mempererat hubungan bisnis antara Singapura dan kawasan tersebut. Bulan April 2004, delegasi yang dipimpin oleh menteri Perindustrian dan Perdagangan Singapura melakukan kunjungan resmi ke Iran yang bertujuan untuk membangun hubungan politik dan bisnis yang lebih erat antara dua negara tersebut. Kunjungan tahun 2004 tersebut menciptakan kesepakatan Singapore-Jordan Free Trade Area (FTA) dan juga membantu terbangunnya inisiatif negosiasi FTA dengan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang berisi negara Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Sejak tahun 2004, Singapura terus melanjutkan kerjasamanya dengan kawasan Timur Tengah.


Fasilitas Penyimpanan Minyak

Minimnya kapasitas penyimpanan minyak Singapura telah mendorong negeri ini untuk menambah fasilitas penyimpanan yang dikelola oleh swasta. Kilang utama Singapura memiliki kapasitas penyimpanan minyak sebanyak 88 juta barel atau mencapai 88% dari total kapasitas penyimpanan negeri ini. Operator penyimpanan minyak swasta Singapura memiliki kapasitas 24,4 juta barel dan angka ini terus bertambah dengan dibangunnya sejumlah fasilitas baru. Selama 5 tahun terkahir, perusahaan penyedia jasa penyimpanan minyak swasta kapasitasnya telah meningkat 90%. Bulan Mei 2006, Vopak memulai operasinya di terminal penyimpanan keempat miliknya di Singapura dengan menambahkan kapasitas sebesar 2,1 juta barel di Banyan, Jurong Island. Oiltanking diperkirakan menyelesaikan fasilitas barunya bulan Agustus 2006 yang juga terletak di Banyan dengan menambah fasilitas penyimpanan sebesar 1,5 juta barel. Proyek penyimpanan minyak lainnya datang dari Horizon Terminals, sebuah anak perusahaan Emirates National Oil Corporation (ENOC) yang akan membangun fasilitas terminal penyimpanan di Jurong Island dengan kapasitas 5,3 juta barel dan selesai tahun 2006.

Dengan terus naiknya fasilitas penyimpanan minyak di Singapura yang didorong oleh tingginya permintaan minyak regional maka sejumlah analis mengkhawatirkan akan terjadinya kelebihan kapasitas. Tahun 2006, sebuah pembangunan fasilitas penyimpanan dimulai oleh sebuah usaha bersama antara Hin Leong Trading dan PetroChina Universal Terminal di Jurong Island dengan kapasitas mencapai 14,2 juta barel. Bulan April 2006, Singapura memberi lampu hijau pembangunan fasilitas penyimpanan kubah bawah tanah di Jurong Island dengan kapasitas mencapai 20,1 juta barel. Fasilitas ini mampu menyimpan produk BBM seperti nafta dan gasoil.



--------------

Thailand

Sektor Hilir dan Pengilangan

Thailand memiliki 4 kilang dengan kapasitas gabungan mencapai 703.100 bph. Tiga kilang utama yaitu Shell Co. of Thailand (kapasitas 275.000 bph) berada di Rayong, Thai Oil Co. Ltd di Sriracha (kapasitas 192.850 bph), dan Esso Standard Thailand Ltd (kapasitas 173.500 bph) yang juga berada di Sriracha.

Pemerintah Thailand telah mendiskusikan proposal untuk mengupayakan mengubah kemampuan dalam negerinya menjadi regional dalam industri pengolahan dan transportasi minyak. Satu kemungkinan akan mengubah aturan mengenai zona pengolahan kilang orientasi ekspor. Target pasar ekspor antara lain adalah kota-kota di kawasan selatan dan tengah Cina yang lebih dekat dengan pelabuhan Thailand dibandingkan pesisir Pasifik Cina. Proposal lainnya adalah dibangunnya jaringan pipa lintas Isthmus Kra yang memudahkan pengiriman minyak dari Teluk Persia ke Asia Timur tanpa harus melalui Selat Malaka serta kemungkinan dibangunnya kilang orientasi ekspor berkapasitas 500.000 bph di terminal jaringan pipa Teluk Thailand. Studi kelayakan diselesaikan oleh PTT pada bulan Juli 2004 namun masalah keuangan dan serangan atas fasilitas pemerintah di daerah tersebut pada tahun 2005 telah meningkatkan kekhawatiran akan keamanan.

Thailand pun berencana mengurangi konsumsi minyaknya dan impor gasoline beraditif (MTBE) di masa depan dengan cara mempromosikan produksi dan konsumsi ethanol domestic. Pemerintah Thailand pun menyetujui paket insentif pada bulan Desember 2000 untuk lebih mendorong produksi ethanol bagi bahan bakar dimana 10% kandungan ethanol dijadwalkan berlaku di seluruh Bangkok pada akhir 2005.



------------

Vietnam

Sektor Pengilangan

Vietnam dalam proses pembangunan kilang pertamanya saat ini. Kilang Dung Quat senilai US$1.5 miliar dibangun di provinsi Quang Ngai diperkirakan akan berkapasitas 140.000 bph. Setelah beberapa tahun mengalami penundaan financial, pembangunan akhirnya dimulai pada November 2005. Operasi secara komersial kilang ini diperkirakan dimulai awal tahun 2009. Infrastruktur distribusi Vietnam tidaklah terhubung dikarenakan pasar di utara dan selatan negeri ini terpisah. Penyelesaian Kilang Dung Quat yang berada di tengah negeri ini diharapkan dapat menciptakan interaksi yang lebih besar antara dua pasar tersebut.

Kilang kedua yang masih dipertimbangkan adalah Nghi Son, di utara Hanoi provinsi Thanh Hoa. Pemerintah Vietnam memperkirakan kilang berkapasitas 150.000 bph ini akan membutuhkan dana sebesar US$3 miliar. Agustus 2004, Mitsubishi Corporation sepakat berpartisipasi dalam pembangunan Nghi Son yang akan selesai tahun 2010. Desember 2004, Vietnam mengontrak the International Business Company (IBC) dari British Virgin Island untuk melakukan studi kelayakan pembangunan kilang ketiga yang berlokasi di Vung Ro, selatan provinsi Phu Yen. Pemerintah Vietnam berharap mampu menyelesaikan kilang tersebut dalam waktu 12 tahun.

No comments: