Wednesday, September 12, 2007

Simulasi Perhitungan Harga Keekonomian BBM di Indonesia

Formula yang digunakan dalam simulasi perhitungan harga Keekonomian BBM versi BBMWATCH adalah mengacu pada formula yang ditetapkan Pemerintah yaitu : (MOPS + 15%) + PPN 10%. Dalam versi perhitungan BBMWATCH nilai MOPS/Mean of Platts Singapore diganti dengan FOBS/Free on Board Singapore mengingat data FOBS mudah didapat sedangkan data MOPS sulit didapat karena begitu mahal (biaya berlangganan per tahun mencapai minimal US$ 100.000, data ini dipublikasikan secara bulanan). Meski berbeda sumber, besaran dan fluktuasi harga FOBS dibandingkan MOPS tidak jauh berbeda. Simulasi perhitungan dilakukan sejak bulan Jan 2006 hingga Agt 2007. Di lain kesempatan BBMWATCH akan mempublikasikan perhitungan secara historis dengan kurun waktu yang lebih panjang.

Harga FOBS terendah dengan kurs tertinggi/terbaik (Rp 8.715/US$).
Secara simulasi harga Gasolin/Bensin menjadi : Rp 3.970/liter.
Secara simulasi harga Solar menjadi : Rp 4.410/liter.
Secara simulasi harga Minyak Tanah menjadi : Rp 4.670/liter.

Harga FOBS tertinggi dengan kurs terendah/terburuk (Rp 9.844/US$).
Secara simulasi harga Gasolin/Bensin menjadi : Rp 7.240/liter.
Secara simulasi harga Solar menjadi : Rp 7.000/liter.
Secara simulasi harga Minyak Tanah menjadi : Rp 7.300/liter.

Harga FOBS rata-rata dengan kurs rata-rata (Rp 9.173/US$).
Secara simulasi harga Gasolin/Bensin menjadi : Rp 5.500/liter.
Secara simulasi harga Solar menjadi : Rp 5.630/liter.
Secara simulasi harga Minyak Tanah menjadi : Rp 5.840/liter.


Kesimpulan :
+ Harga keekonomian BBM untuk Bensin akan bergerak dari harga terendah sebesar Rp 3.970/liter hingga harga tertinggi sebesar Rp 7.240/liter.
+ Harga keekonomian BBM untuk Solar akan bergerak dari harga terendah sebesar Rp 4.410/liter hingga harga tertinggi sebesar Rp 7.000/liter.
+ Harga keekonomian BBM untuk Minyak Tanah akan bergerak dari harga terendah sebesar Rp 4.670/liter hingga harga tertinggi sebesar Rp 7.300/liter.
+ Terdapat hubungan searah antara harga FOBS dengan nilai kurs dimana jika harga FOBS suatu bahan bakar mencapai harga rendah dan nilai kurs juga meningkat/membaik maka akan menghasilkan harga keekonomian yang rendah pula. Harga keekonomian BBM yang rendah akan meringankan beban Pemerintah dalam menanggung dana subsidi harga BBM.

Saran :
Untuk menekan harga keekonomian BBM diperlukan kebijakan untuk meminimalkan harga suatu variabel penyusun harga keekonomian BBM. Variabel utama penyusun harga keekonomian BBM yang menjadi patokan Indonesia adalah harga MOPS atau FOBS dan nilai kurs. Harga MOPS/FOBS tidak bisa diminimalkan mengingat merupakan proses pembentukan harga regional Asia Pasifik yang mempertemukan kekuatan pasokan dan permintaan antar produsen di kawasan ini ditambah dengan sejumlah faktor lain yang bisa membentuk harga BBM misal faktor cuaca, geopolitik, spekulasi, dan lain-lain. Meski tidak bisa diminimalkan dengan cara intervensi namun Pemerintah bisa mengambil tindakan untuk terus memantau pergerakan harga di pasar regional yang tercermin dalam harga MOPS/FOBS lalu mematok harga BBM dalam negeri dengan harga saat menyentuh level minimal. Selain itu berdasarkan informasi yang didapat BBMWATCH saat berkunjung ke kantor Platts di Singapore beberapa waktu yang lalu, salah seorang Manajer Platts Singapore mengatakan kepada BBMWATCH bahwa fluktuasi harga Platts begitu tinggi dan tidak terlalu bagus untuk dijadikan acuan/patokan harga. Manajer tersebut pun menyebut bahwa di negara lain di Asia Pasifik selain Indonesia sudah tidak murni mengacu kepada Platts. Maksudnya adalah bahwa negara-negara tersebut menggunakan acuan harga campuran atau memakai istilah orang Platts adalah Basket Price Benchmark. Dengan fluktuasi harga acuan/patokan yang tinggi bisa menyebabkan harga keekonomian BBM dalam negeri yang tinggi pula. Selain itu nilai kurs harus terus diperbaiki hingga mencapai level tertinggi/terbaik. Berdasarkan simulasi perhitungan, utamanya untuk minyak tanah karena BBM jenis ini paling tinggi nilai subsidinya dan menyentuh kepentingan rakyat banyak maka agar harganya mencapai dibawah Rp 2.000/liter dengan mengasumsikan harga kerosene MOPS/FOBS di level tertinggi/terburuk sebesar US Sen 221/galon maka nilai kurs harus mencapai Rp 2.500 – 2.600/US$. Ini bisa menjadi tugas yang “mustahil bukan” untuk Pemerintah dan Otoritas Moneter kita. Namun dengan kebijakan yang tepat dan tegas hal tersebut bisa diwujudkan. Jadi kebijakan yang bisa diambil dalam menekan harga keekonomian BBM yang nantinya dapat meringankan dana subsidi adalah dengan mengkombinasikan (Basket Price Benchmark) atau mencari sumber acuan harga BBM “diluar Platts” karena Platts fluktuasinya tinggi. Selain itu ditambah pula dengan kebijakan memperbaiki nilai kurs.



Unit Pengembangan Data dan Media
BBMWATCH Research Indonesia

No comments: