Thursday, September 20, 2007

Potret Sektor Hilir Migas Australia

Dalam industri hilir perminyakan Australia dikenal sebuah badan pengatur yang dinamakan Australian Institute of Petroleum (AIP). AIP dibentuk pada tahun 1976 untuk membangun komunikasi yang efektif antara industri perminyakan, pemerintah dan masyarakat. AIP telah memperoleh reputasi, baik taraf nasional maupun internasional sebagai badan yang mewakili kepentingan perminyakan Australia.

AIP mengemban misi membangun industri produk perminyakan Australia agar bisa bersaing di tingkat internasional, dan menjadikan industri perminyakannya beroperasi secara efisien, ekonomis, dan aman serta mengikuti tuntutan lingkungan maupun masyarakat. AIP pun secara aktif melalui anggota-anggotanya yang berasal dari industri perminyakan berdiskusi mengenai informasi hangat seputar isu perminyakan hilir. Anggota AIP berasal dari industri hilir perminyakan seperti BP Australia, Caltex Australia, Mobil Oil Australia, Shell Australia, ditambah rekanan anggota yang jumlahnya cukup banyak yang berasal dari perusahaan hilir migas lokal.

Kilang lokal Australia mampu memasok sekitar 90% kebutuhan produk perminyakan yang diminta oleh perusahaan besar maupun jaringan distribusi BBM yang jumlahnya mencapai 8000 unit SPBU. Sistem pasokan BBM Australia sangat handal dalam menghadapi tantangan logistik maupun geografis. Industri kilang Australia mampu menghasilkan produk perminyakan yang begitu lengkap, dari mulai LPG, bensin, minyak diesel, bahan bakar aviasi, pelumas hingga bitumen.

Dalam sebuah pidatonya, Gerry Hueston yang merupakan kepala AIP menyatakan bahwa dalam tahun 2002 hingga 2003, Australia mengkonsumsi 45.000 ML (megaliter) produk perminyakan, memproduksi 42.500 ML; 3.100 ML diekspor (tidak termasuk LPG) serta 5.200 ML diimpor. Masih dalam pidatonya, iapun menyatakan bahwa kilang-kilang di Australia berperan sebagai price taker dimana produk yang dihasilkannya selalu mengikuti harga pasar di kawasan Asia Pasifik. Jika pasar Asia jatuh maka kilang-kilang Australia terpaksa harus menurunkan harga jual produknya, jika tidak dilakukan bisa berakibat pada menurunnya pangsa pasar. Tingkat keuntungan industri hilir perminyakan Australia sangat dipengaruhi oleh margin kilang di Asia.

Sebagai langkah untuk menghindari kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, Pemerintah Australia segera mengeluarkan kebijakan energi yang menyeluruh melalui Review Kebijakan Energi. Salah satu isi kebijakan tersebut adalah dengan pemberian insentif untuk pengembangan bahan bakar alternatif serta bahan bakar bebas polusi. Selain itu pemerintah Australia pun memberikan kerangka kebijakan yang kondusif untuk menarik investasi di sektor hilir perminyakannya.

Secara keseluruhan kilang-kilang di Australia memiliki kapasitas sebesar 874.000 barel/hari dalam menghasilkan produk perminyakan (data tahun 2003). Kilang di Australia jumlahnya mencapai 8 buah dan itu dimiliki oleh BP, Shell, Caltex dan Mobil. Kilang dengan kapasitas terbesar adalah Kwinana (138.500 barel/hari) dan dimiliki oleh BP.

Kondisi pasar hilir migas Australia sangat rentan terhadap gangguan dari luar terutama masalah keamanan pasokan bahan bakar cair. Jika pasokan berkurang atau harga produk minyak impor melonjak akan menyebabkan industri hilir dalam negeri Australia begitu terpukul. Untuk itu pemerintah Australia menyiapkan sejumlah tindakan intervensi untuk menciptakan kestabilan baik dari segi harga maupun pasokan di pasar. Selain itu kondisi investasi yang stabil dan mendukung terutama di sektor pengilangan domestik harus terus diupayakan untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan pasokan dari luar negeri. Pengaturan mengenai harga pun harus diterapkan untuk menghindari gangguan akibat melonjaknya harga produk impor. Selain itu, sistem cadangan bahan bakar domestik harus dijalankan untuk menjamin pasokan bahan bakar bagi masyarakat. Keamanan pasokan bahan bakar cair di Australia menjadi isu penting yang menjadi perhatian utama.

AIP tidak yakin sepenuhnya dengan upaya intervensi pemerintah Australia di pasar hilir migas dalam menciptakan kestabilan. Namun demikian, sektor hilir perminyakan Australia terus berbenah diri untuk mengupayakan jaminan pasokan bagi masyarakat namun tidak menjamin dapat bertahan jika kondisi gangguan yang terjadi berada di luar batas kemampuan. Meskipun begitu, industri hilir perminyakan Australia sudah teruji dalam menjamin pasokan dalam hal tidak ada kondisi luar biasa yang mengganggunya.

Australia terus mengembangkan bisnis bahan bakar bersihnya seperti yang diinginkan oleh masing-masing negara bagiannya. Standar persyaratan bahan bakar bersih dalam waktu dekat akan segera disepakati dan dalam hal ini AIP melihat akan ada peranan yang lebih banyak bagi importir bahan bakar swasta di Australia.


National Oil Supplies Emergency Committtee (NOSEC)

Lembaga ini memiliki tanggung jawab mengkoordinasikan tindakan dalam menanggapi situasi gangguan pasokan nasional serta memberikan nasihat bagi Kementerian Industri, Pariwisata, dan Sumber Daya Australia berdasarkan UU Bahan Bakar Cair Darurat tahun 1984. NOSEC terdiri dari perwakilan industri, pemerintah pusat dan negara bagian Australia, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Lembaga ini terus melakukan simulasi dalam menanggapi kondisi darurat pasokan bahan bakar dan akhirnya berhasil dalam memperagakan kemampuan industri maupun pemerintah dalam menanggapi krisis pasokan nasional pada tahun 2003. Saat ini NOSEC tengah berupaya untuk meresmikan kegiatannya ini dalam rencana nasional dalam mengkoordinasi tindakan saat terjadi gangguan pasokan bahan bakar serius. Uji coba pada tahun 2003 ini mengindikasikan bahwa industri dan lembaga pengaturnya telah siap saat terjadi gangguan.


Pasar bahan bakar Australia

Harga bahan bakar sebelum pajak di Australia masih yang terendah dibandingkan dengan negara OECD lainnya, terutama untuk jenis bahan bakar bensin. Setelah ditambah dengan unsur pajak pun harganya masih rendah dibandingkan negara maju lainnya. Setelah tahun 2003, harga bahan bakar di Australia cenderung naik disebabkan unsur pajak yang terus ditambah mengingat Pemerintah memberlakukan Skema Energi baru yang menginginkan berkurangnya pemakaian bahan bakar fosil.

Transparansi harga bahan bakar para pemain besar di pasar perminyakan pun dilakukan melalui Publikasi Terminal Gate Price (TGP) oleh semua anggota AIP. TGP merupakan daftar harga bahan bakar dalam bentuk besar seperti papan reklame yang menjadi panduan bagi setiap orang yang ingin membeli bahan bakar. TGP tidak hanya memuat daftar harga BBM tetapi juga produk perminyakan lainnya. TGP mengawali keterbukaan dan transparansi dalam pasar bahan bakar di Australia.

Harga BBM di masing-masing SPBU di Australia begitu bervariasi meskipun SPBU tersebut masih dalam satu brand. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah harga minyak mentah, margin kilang Singapore, kapasitas kilang Australia, kompetisi lokal, serta siklus diskon.

Harga BBM di SPBU Australia yang bervariasi tersebut menunjukkan kompetisi pasar yang tinggi dan itu semua akan menguntungkan konsumen dimana para pemilik atau pengelola SPBU akan melakukan perang harga dalam merebut konsumen.


Keterlibatan sektor retail dalam SPBU

Masuknya sektor retail atau yang lebih dikenal dengan supermarket ke dalam bisnis SPBU Australia membawa perubahan yang begitu besar. Masing-masing supermarket yang telah beraliansi dengan sebuah brand SPBU menawarkan voucher diskon untuk berbelanja di tempatnya. Ini merupakan sebuh trend besar yang mengarah pada bergabungnya bisnis SPBU dengan kenyamanan berbelanja. Bulan Mei 2003, Shell dan Coles Myer Ltd (CML) mengumumkan aliansi bisnis dimana anak perusahaan CML akan menjadi operator di jaringan SPBU milik Shell yang berjumlah 584 buah. CML pun akan mengendalikan harga jual bahan bakar serta mengatur kenyamanan konsumen di tempatnya tersebut. Bulan November 2003, Woolworths dan Caltex mengumumkan penggabungan brand di 450 buah SPBU yang menawarkan diskon 4 sen/liter untuk pembelian BBM. Bulan Februari 2004, ACCC mengeluarkan laporan mengenai penawaran diskon dan persaingan di pasar SPBU. ACCC menyetujui dikeluarkannya voucher diskon yang akan memberi keuntungan bagi konsumen. ACCC pun menyatakan bahwa kerjasama antara supermarket dan SPBU akan saling menguntungkan.

Sebuah trend industri hilir migas Australia yang pantas kita tiru di Indonesia. Beberapa trend telah ada di Indonesia seperti penggabungan sebuah supermarket dengan SPBU dimana konsumen selain bisa membeli BBM juga bisa membeli kebutuhan hidup sehari-hari dalam suasana yang nyaman. Selain itu perlu juga dikembangkan persaingan antar SPBU di Indonesia dimana masing-masing SPBU bisa memberikan diskon harga atau pelayanan tambahan lainnya bagi konsumen. *** (Australian Institute of Petroleum)


Unit Pengembangan Data dan Media
BBMWATCH Research Indonesia

No comments: