Wednesday, January 23, 2008

MINERAL TRADE AND INVESTMENT NEWS Edisi 14 JAN 2008

Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian RI


PEMERINTAH SEPAKATI INVESTASI BARU BISNIS ALUMINIUM

Perjanjian awal yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan BUMN asal India, National Aluminium Co Ltd pada Jum’at (11/1/08) lalu untuk proyek pembangunan smelter alumunium dan pembangkit listrik di Sumatra senilai USD 3,2 milyar, merupakan awal yang baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini.

Pemerintah mengumumkan investasi tersebut setelah sebelumnya data BKPM menunjukkan jumlah penanaman modal asing selama tahun 2007 naik 73% menjadi USD 10,3 milyar. Demikian menurut laporan Reuters.

****

NALCO TANDATANGANI PERJANJIAN PEMBANGUNAN SMELTER

BUMN asal India, National Aluminium Co telah menandatangani perjanjian awal pembangunan smelter senilai USD 3,2 milyar di Sumatra dengan pemerintah Indonesia.

Menurut Reuters (Jum’at, 11/1/08) yang mengutip pernyataan direktur keuangan NALCO, B.L.Bagra, untuk tahap pertama NALCO akan membangun smelter dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 250 ribu ton dan pembangkit listrik tenaga batubara dengan kapasitas pembangkitan sebesar 750 MW.

NALCO akan meningkatkan kapasitas produksi smelter menjadi 500 ribu ton pada tahap kedua dan kapasitas pembangkitan menjadi 500MW. Tidak disebutkan kapan pembangunan tahap kedua akan dilakukan. Tahap komersial proyek tersebut akan dimulai dalam 5 tahun setelah perjanjian ditandatangani.

Proyek tersebut akan memerlukan pasokan alumina sebanyak 1 ton per tahun. Pasokan alumina tersebut akan disediakan oleh NALCO India.

Bagra mengatakan bahwa pihaknya telah menerima ijin dari Pemerintah Propinsi Sumatra Selatan untuk melakukan penelitian tentang kemungkinan kegiatan tambang batubara di wilayah tersebut. Apabila tidak terdapat pasokan batubara yang mencukupi, pemerintah daerah akan mengupayakan pasokan batubara dari tambang Tanjung Enim yang dioperasikan oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam.

"Kami akan melakukan kontrak jangka panjang dengan Bukit Asam akrena proyek tersebut akan berlangsung selama 30 tahun,” kata Bagra.

Investasi NALCO tersebut akan merupakan investasi baru dalam sektor pengolahan alumunium.

****

KRAKATAU STEEL AKAN KURANGI EKSPOR BAJA

PT Krakatau Steel akan mengurangi ekspor baja jenis hot-rolled coil dan cold-rolled hingga 50% untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Hal tersebut dikatakan oleh dirketur pemasaran Krakatau Steel, Irvan Kamal Hakim kepada Reuters (Rabu, 9/1/08).

Krakatau akan mengekspor 125 ribu ton baja jenis hot-rolled coil dan cold-rolled coil untuk tahun ini, turun dari ekspor tahun lalu yang tercatat sebesar 250 ribu ton.

“Kami akan menurunkan ekspor baja tahun ini karena adanya peningkatan permintaan dalam negeri,” kata Irvan.

Permintaan akan baja berasal dari beberapa proyek nasional seperti proyek pembangunan pembangkit listrik dan pembangunan galangan kapal.

Baja jenis Hot-rolled digunakan dalam konstruksi bangunan, pembangunan kapal, pembuatan pipa minyak dan gas. Sedangkan baja jenis cold-rolled coil banyak digunakan dalam produk-produk mobil dan pipa.

Krakatau Steel akan meningkatkan kapsitas produksi baja menjadi 5 juta ton per tahun pada tahun 2010 dari produksi tahun ini sebesar 3,1 juta ton. kurangnya persediaan bahan mentah untuk pembuatan baja telah memaksa Krakatau Steel untuk mengimpor pellet dari Amerika Selatan. Ke depan, perusahaan juga akan mengimpor pellet dari India dan Australia.

****

DIVESTASI SAHAM NEWMONT BATU HIJAU AKAN SEGERA SELESAI

PT Newmont Nusa Tenggara berharap proses negosiasi penjualan 2% saham tambang tembaga dan emas yang berlokasi di Batu Hijau, Nusa Tenggara Barat akan segera dapat diselesaikan. Demikian menurut laporan Asia Pulse (Selasa, 8/1/08).

Jurubicara perusahaan, Martiono Hadianto mengatakan pihaknya optimis bahwa negosiasi antara Newmont dan pemerintah daerah Sumbawa akan dapat diakhiri dengan perjanjian pada akhir bulan Januari.

Saham sebesar 2% yang ditawarkan tersebut merupakan bagian dari 7% saham perusahaan yang akan didivestasikan. Sebelumnya saham tersebut akan dijual pada tahun 2007 namun tidak mencapai kesepakatan.

****

APBI: EKSPOR BATUBARA 2008 NAIK

Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI) memperkirakan ekspor batubara Indonesia untuk tahun 2008 ini akan melampaui ekspor tahun 2007 yang tercatat sebesar 150 juta ton, terlepas dari kekuatiran pemerintah akan membatasi ekspor batubara karena meningkatnya permintaan dalam negeri. Demikian menurut laporan Reuters (Selasa, 8/1/08) lalu.

Naiknya harga batubara telah mendorong perusahaan batubara untuk meningkatkan produksinya pada tahun 2008 dan perusahaan-perusahaan baru akan mempercepat konstruksi tambang batubaranya.

"Para produsen batubara sedang mempersiapkan diri untuk meningkatkan produksi batubara agar dapat mengambil keuntungan,” kata Soedjoko Tirtosoekotjo, direktur eksekutif APBI.

Produksi batubara Indonesia yang merupakan eksportir batubara thermal terbesar di dunia, diperkirakan akan mencapai 234 juta ton, sementara permintaan dalam negeri akan mencapai 55 juta ton. Produksi batubara Indonesia tahun 2007 tercatat sebesar 215 juta ton, naik dari produsi tahun 2006 yang mencapai 193 juta ton.

Ekspor batubara tahun 2007 diperkirakan mencapai 165 juta ton, naik dari ekspor tahun 2006 yang mencapai 145 juta ton.

Dalam tahun-tahun mendatang, ekspor batubara diperkirakan akan menurun yang disebabkan oleh aturan pemerintah untuk membatasi ekspor batubara menjadi maksimum 150 juta ton. Aturan ini akan mulai diimplementasikan pada tahun 2009.

"Pemerintah belum memutuskan 150 juta ton sebagai angka pasti. Apabila kebutuhan domestik dapat dipenuhi, sisanya akan tetap dapat diekspor,” kata Soedjoko.

****

OXIANA AKAN LAKUKAN IPO

Perusahaan pertambangan asal Australia, Oxiana Ltd. pada Jum’at (11/1/08) lalu mengatakan, pihaknya sedang mempertimbangkan pembagian asset perusahaan melalui beberapa IPO, menyusul dengan naiknya harga komoditas di pasar. Demikian menurut laporan Dow Jones.

Wilayah yang diperkirakan memiliki kapasitas produksi sebesar 500 ribu ons per tahun diperkirakan akan dapat bernilai lebih dari AUD 1 milyar. Menurut pejabat eksekutif perusahaan, Owen Hegarty, pihaknya telah mendapatkan beberapa penawaran dari perbankan investasi.

"Kami akan mempelajari seluruh kemungkinan yang ada agar dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang saham kami,” kata Owen.

Minat investor terhadap Oxiana muncul setelah Oxiana, pada bulan desember lalu, menyetujui rencana pengembangan tambang Martabe yang terletak di Sumatra Utara.

Martabe yang merupakan tambang yang sangat penting bagi Oxiana pada saat tambang tersebut sudah mulai berproduksi pada tahun 2010. Martabe akan memproduksikan 200.00 oz emas dan 2 juta oz perak setiap tahunnya dari cadangan Purnama.

Cadangan Purnama merupakan cadangan pertama yang akan ditambang di Martabe. Oxiana saat ini sedang menunggu ijin dari pemerintah Indonesia dan diharapkan proses konstruksi akan dapat dimulai pada bulan Juli mendatang.

No comments: